Offering gifts to some women on Christmas

Monday, January 17, 2011

There is a common practice here in the west, that at christmas time some non-muslims, young and old, get together and gather all of their names, put them in a hat and have all of the names mixed up, then each person choses the name of another person who they will give a gift to on christmas day. This is called chris kringle. This basic idea was taken on by a group of sisters last year and now they want to take this practise on this year also for the end of eid. All that the practice consists of, is each sister randomly assigned another sister for whom she must buy a gift of a set value ($20 ). Some of the sisters invloved believe that this practsie is tashabu of the kufar, is this correct?

Ruling on celebrating non-Muslim holidays and congratulating them

Can a muslim celebrate a non muslim holiday like Thanksgiving?

Praise be to Allaah.
Greeting the kuffaar on Christmas and other religious holidays of theirs is haraam, by consensus, as Ibn al-Qayyim, may Allaah have mercy on him, said in Ahkaam Ahl al-Dhimmah: "Congratulating the kuffaar on the rituals that belong only to them is haraam by consensus, as is congratulating them on their festivals and fasts by saying ‘A happy festival to you’ or ‘May you enjoy your festival,’ and so on.

Accepting a gift from a kaafir on the day of his festival

My neighbour is an American Christian, and she and her family brought me a gift when it was Christmas. I could not refuse the gift, lest she be offended. Can I accept this gift, as the Messenger (peace and blessings of Allaah be upon him) accepted gifts from kaafirs?

Praise be to Allaah.

Firstly:

The basic principle is that it is permissible to accept gifts from kaafirs, so as to soften their hearts and make Islam attractive to them, as the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) accepted gifts from some of the kaafirs, such as the gift of al-Muqawqis etc.

Qasim ibn Utsman Al-Ju’I (Wafat 248 H)

Sunday, January 16, 2011

Al-Jui adalah seorang wali besar dari Damaskus yang belajar hadits dari Sufyan ibn Uyainah. Ibn Al-Jauzi dalam Shifat al-Shafwah dari Al-Ju’I sendiri bahwa julukan Al-Ju’I (yang kelaparan) didapatkan karena Allah memberinya kekuatan untuk melawan rasa lapar jasmani melalui rasa lapar rohani. Ia mengatakan, “Meski perut ini tak diisi makanan selama satu bulan, aku tak akan peduli. Ya Allah, inilah yang telah Engkau perlakukan kepada diriku maka sempurnakanlah ia bagiku!”

Ibn Jauzi juga meriwayatkan bahwa Ibn Abu Hatim Al-Razi mengatakan, “Aku pergi ke Damaskus untuk menemui para penulis hadits. Di sana aku melewati majelis Qasim Al-Ju’I dan aku melihat sekumpulan besar manusia duduk di sekelilingnya, sementara ia berbicara. Aku mendekatinya dan mendengarnya berkata:

Lakukanlah lima hal ini tanpa kehadiran orang lain dalam kehidupanmu:

  1. Apabila kamu berada di tengah orang-orang, jangan ingin dikenal.
  2. Apabila kamu tidak hadir di tengah banyak orang, jangan ingin dirindukan.
  3. Apabila kamu mengetahui sesuatu, anggaplah nasihatmu tidak diharapkan.
  4. Apabila kamu mengatakan sesuatu, tolaklah kata-katamu.
  5. Apabila kamu mengerjakan sesuatu, jangan mau menerima pujian untuk itu.

Dan aku juga menasihatkan lima hal lainnya:
  1. Apabila kamu diperlakukan tidak adil, jangan membalas;
  2. Apabila kamu dipuji, jangan merasa senang;
  3. Apabila kamu disalahkan, jangan berputus asa;
  4. Apabila kamu disebut pembohong, jangan marah;
  5. Apabila kamu dikhianati, jangan balas mengkhianati.
Ibn Abi Hatim kemudian berkata, “Aku menganggap nasihat itu sebagai anugerah yang aku peroleh dari kunjunganku ke Damaskus.”

Sumber : Dakwah Ila Allah

Perjalanan Syaikh Abu Hatam rah.a

Sebagaimana diceritakan oleh Abu Abdullah Khawas rah.a –salah seorang muridnya-. Katanya, “Suatu ketika kami pergi ke daerah Raye bersama Syaikh Hatam rah.a. Kami berangkat bersama rombongan sejumlah 330 orang dengan niat untuk ibadah haji. Semua orang dalam jemaah itu adalah mutawakkiliin yang tidak membawa bekal apa-apa untuk perjalanan. Di kampung Raye kami melewati seorang pedagang. Ia menyambut kami untuk makan malam dan melayani kami selama satu malam. Keesokan harinya orang itu berkata kepada Syaikh, “Saya hendak pergi mengunjungi seorang ulama yang sedang sakit. Jika tuan menginingkan, mari kita pergi bersama.” Maka Syaikh Abu Hatam rah.a berkata, “Menengok orang sakit adalah berpahala, terlebih lagi menengok ulama adalah ibadah. Saya hendak ikut ke sana.” Ulama yang sakit itu adalah Qadhi di kawasan Raye yaitu Syaikh Muhammad bin Muqaatil rah.a.

Ketika sampai di dekat rumah itu, Syaikh Abu Hatam rah.a kelihatan gelisah melihat rumah ulama itu, lalu berkata, “Allahu Akbar! Rumah seorang alim begitu megah bagaikan satu mahligai!” Kami minta izin untuk masuk. Kami melihat interior rumah itu bagus, bersih, luas, dan mewah. Di beberapa tempat tergantung tirai-tirai. Melihat keadaan rumah itu Abu Hatam rah.a tenggelam dalam pemikirannya sendiri.

Ketika kami menemui qadhi itu, kami melihat ia sedang istirahat, berbaring di tempat tidur yang sangat lembut. Salah seorang pembantunya sedang mengipasi bagian kepalanya. Pedagang itu memberi salam dan duduk di sebelah tempat tidurnya lalu menyapa, “Apa kabar?”

Qadhi mempersilakan Syaikh Abu Hatam rah.a untuk duduk, tetapi Syaikh Abu Hatam menolaknya. Qadhi itu bertanya, “Apakah tuan hendak mengatakan sesuatu?”

Syaikh Abu Hatam menjawab, “Ya, saya hendak bertanya tentang satu masalah agama.”

Qadhi berkata, “Silakan.”

Syaikh Abu Hatam berkata, “Sebaiknya tuan bangun dulu dan duduk.” Maka para pembantunya menolongnya untuk duduk, karena ia kesulitan untuk duduk sendiri. Syaikh Abu Hatam bertanya, “Tuan telah mempelajari ilmu-ilmu agama dari siapa?”

Qadhi menjawab, “Dari ulama-ulama terpercaya.”

Syaikh Abu Hatam bertanya, “Ulama-ulama itu belajar dari siapa?”

Qadhi menjawab, “Dari para shahabat ra.”

Syaikh Abu Hatam bertanya lagi, “Para shahabat ra telah mempelajari ilmu agama dari siapa?”

Qadhi menjawab, “Dari Rasulullah saw.”

Syaikh Abu Hatam bertanya, “Rasulullah saw telah mempelajarinya dari siapa?”

Qadhi menjawab, “ Dari Jibril as.”

Syaikh Abu Hatam bertanya lagi, “Jibril mempelajarinya dari siapa?”

Qadhi menjawab, “ Dari Allah.”

Maka Syaikh Abu Hatam bertanya, “Apakah ilmu yang telah tuan pelajari dari Allah SWT melalui Jibril a.s, Rasulullahsaw, para shahabat ra, dan ulama terpercaya telah mengajarkan kepada tuan bahwa siapa yang memiliki rumah mewah adalah berkedudukan tinggi di sisi Allah?”

Qadhi menjawab, “Tidak, perkara demikian tidak terdapat dalam ilmu itu.”

Syaikh Hatam bertanya, “Jika perkara ini tidak terdapat dalam ilmu, maka perkara apakah yang terdapat di dalamnya?”

Maka qadhi itu menjawab, “Di dalam ilmu itu didapati bahwa siapa yang tidak mencintai dunia tetapi mencintai akhirat dan yang terkait dengan akhirat, menyayangi fakir miskin, mengantar sesuatu untuk akhirat kepada Allah sebagai bekal dirinya sendiri, maka ia akan memperoleh martabat di sisi Allah.”

Maka Syaikh Hatim berkata, “Lalu tuan mengikuti jejak siapa? Rasulullah saw, para shahabat, ulama terpercaya, atau Fir’aun dan Namrudz? Wahai para ulama yang sesat, melihat keadaan tuan seperti itu, ahli dunia yang jahil dan tenggelam dalam urusan dunia pun akan berkata, “Wajarlah jika kami menjadi lebih buruk.”

Setelah berkata demikian, maka Syaikh Abu Hatam rah.a pun pulang, dan keadaan sakit yang dialami qadhi bertambah buruk akibat perkataannya. Orang banyak pun mulai mencerca Abu Hatam rah.a.

Kemudian ada orang yang memberitahu bahwa Tanafasi rah.a. adalah juga seorang ulama yang terkenal di di kawasan Qazwin (sekitar 81 kilometer dari Raye) dan hidup lebih mewah lagi. Maka Syaikh Abu Hatam rah.a. pergi ke sana untuk menemuinya. Setelah bertemu dengannya ia berkata, “Hamba ini seorang ajam (non Arab) ingin belajar kepada tuan soal agama dari awal, yaitu dari wudhu yang merupakan kunci shalat.”

Tanafasi rah.a. menjawab, “Dengan senang hati, saya bersedia.” Kemudian ia menyuruh seseorang membawakan air untuk wudhu dan memperagakan cara berwudhu dengan sempurna sambil berkata, “Beginilah cara berwudhu.”

Setelah Tanafasi selesai memperagakan cara berwudhu, Syaikh Abu Hatam berkata, “Izinkanlah saya mengambil wudhu di hadapan tuan, supaya pelajaran saya menjadi sempurna.” Maka Tanafasi beranjak dari tempat wudhu kemudian Syaikh Abu Hatam duduk di tempat itu dan mengambil wudhu. Ia membasuh tangannyaa sebanyak empat kali. Tanafasi menegur, “Ini adalah israf (berlebihan), sebaiknya tiga kali saja.” Maka Syaikh Abu Hatam berkata, “Subhanallah! Sedikit saja air yang saya gunakan menjadi kemubaziran. Bukankah semua perhiasan dan kemewahan yang tuan gunakan untuk hidup mewah itu adalah suatu kemubaziran?” Barulah Tanafasi menyadari bahwa maksud Syaikh Abu Hatam bukanlah untuk belajar tetapi hendak menegurnya.


Setelah itu Syaikh Abu Hatam rah.a. sampai di Baghdad. Ketika Imam Ahmad bin Hanbal rah.a. mengetahui kedatangannya, ia pun menjumpainya lalu bertanya, “Apakah cara untuk mendapatkan keselamatan dari pengaruh buruk dunia?” Syaikh Abu Hatam menjawab, “Engkau tidak akan selamat dari dunia selagi tidak terdapat perkara ini: (1) Ampunilah orang yang berkelakuan jahil kepadamu, (2) Jangan berlaku jahil kepadanya, (3) Membelanjakan apa yang ada pada kamu ke atasnya dan (4) Jangan percaya dengan apa yang kamu miliki.”

Kemudian Syaikh Abu Hatam rah.a. sampai ke Madinah al Munawwarah. Ketika mengetahui kedatangannya orang-orang di sana berkumpul untuk menemuinya. Ia bertanya kepada mereka, “Kota besar manakah ini?” Mereka menjawab, “Inilah kota besar Rasulullah saw.” Ia bertanya, “Dimanakah istana Rasulullah saw. Saya hendak ke sana untuk mengerjakan shalat dua rakaat.” Mereka menjawab, “Rasulullah tidak pernah tinggal dalam istana. Rumah beliau saw adalah pondok yang sederhana, kecil dan rendah.” Ia berkata, “Tunjukilah saya istana-istana para shahabat r.a.!” Mereka menjawab, “Para shahabat pun tidak pernah mempunyai bangunan seperti istana. Mereka tinggal di pondok-pondok yang kecil dan rendah yang atapnya seolah-olah hendak menyentuh bumi.”

Syaikh Abu Hatam berkata, “Kalau begitu, maka ini adalah kota Fir’aun.” Mendengar itu, mereka ramai-ramai menangkapnya (karena mereka tersinggung melihat orang ajam menghina Madinah al Munawwarah) lalu membawanya kepada Amir Madinah al Munawwarah. Mereka mengadukan kepadanya bahwa orang ajam ini menghina Madinah Thayyibah dengan mengatakannya sebagai kota Fir’aun. Amir bertanya kepadanya, “Apakah hal ini benar?” Ia berkata, “Tuan jangan terburu nafsu. Silakan dengar rangkaian peristiwa tadi. Saya seorang ajam, ketika saya memeasuki kota ini, saya bertanya kota siapakah ini?” Kemudian ia menceritakan seluruh peristiwa itu. Setelah itu ia berkata bahwa di dalam Al Quran yang suci Allah SWT berfirman:

“Laqad kaana lakum fii Rasulillahi uswatun hasanah”

“Sesungguhnya pada diri Rasulullah itu adaa suri tauladan yang baik…” (QS Al Ahzab[33]:21)

“Jadi jawablah sendiri, apakah kalian telah mengikuti cara Rasulullah saw atau cara Fir’aun.” Mendengar keterangan demikian, kemudian mereka melepaskannya.

Sumber : Dakwah Ila Allah

Muzakarah Tentang Anak

Sabda-sabda Rasulullah saw Mengenai Anak :

  1. Bau tubuh anak-anak adalah sebagian dari angin surga.
  2. Surga itu adalah sebuah kampung kesenangan, tidak masuk surga melainkan orang yang menyukai anak-anak.
  3. Barangsiapa yang menggembirakan anak perempuannya, derajatnya seumpama orang yang menangis karena takutkan Allah SWT. Orang yang menangis oleh Allah SWT diharamkan akan api neraka ke atas tubuhnya.
  4. Ciumlah anakmu karena pahala setiap ciuman itu dibalas dengan satu derajat di surga.
  5. Barangsiapa keluar ke pasar muslimin dan membeli barang-barang dan kembali ke rumah dengan membawa buah tangan untuk anak-anaknya niscaya mendapat rahmat dari Allah SWT dan tidak akan disiksa di hari kiamat.
  6. Barangsiapa membeli akan sesuatu di pasar untuk ahli keluarganya dan ia memikulnya ke rumah pahalanya seperti ia member sedekah untuk orang yang sangat berhajat.
  7. Hendaklah mendahulukan anak perempuan daripada anak laki-laki, maka barangsiapa yang menyukakan anak perempuan seolah-olah ia memerdekakan hamba sahaya dari kalangan bani Israil.
  8. Mengutamakan uang belanja anak-anakmu.
  9. Suruhlah anak-anak mu shalat ketika berumur 7 tahun dan pukullah ia karena meninggalkan shalat ketika berumur 10 tahun dan pisahkan anak laki-laki dan perempuan dalam tempat tidurnya.
  10. Memuliakan anak-anak dengan mengajarkan kepada mereka adab dan ilmu agama. Barangsiapa memuliakan anak-anaknya maka Allah SWT akan memuliakannya di surga.
  11. Barangsiapa diberi rezeki seorang anak, wajiblah baginya mengajarkan anak itu adab dab akhlak semoga ia mendapat kemudahan rezeki dari syafaat anak-anaknya.
  12. Barangsiapa meninggalkan anak-anaknya dalam keadaan jahil dia turut menanggung tiap dosa yang dilakukan oleh anaknya itu dan barangsiapa membekalkan anaknya itu dengan ilmu dan adab, maka pahala anak itu turut diperolenya.
  13. Sesuatu yang lebih mulia diberikan oleh bapak kepada anaknya ialah mengajarkan adab. Mengajar anak tentang adab lebih utama daripada menakut-nakutkan dia dengan pukulan karena meninggalkan kebaikan atau melanggar perintah Allah.
  14. Di antara kewajiban seorang bapak kepada anaknya ialah mendidiknya dengan baik dan member nama yang baik.
  15. Sesuatu kaum yang mengadakan musyawarah lalu hadir di dalamnya seorang yang bernama Muhammad akan mendapat kebaikan kaum itu.
  16. Sesungguhnya di surga ada rumah yang disebut Darul Farah. Tidak ada yang bisa masuk Darul Farah kecuali orang-orang yang suka membahagiakan anak yatim.
  17. Setelah anak perempuan berusia 16 tahun maka nikahkanlah ia dan ketika itu seorang bapak memegang tangannya sambil berkata : “Anakku, engkau telah kudidik, kuajar, dan ku nikahkan, semoga aku dilindungi oleh Allah dari bencana dunia dan akhirat.”
  18. Seorang laki-laki bertanya : “Ya Rasulullah, kepada siapakah saya harus berbakti?” Jawab baginda, “Berbaktilah kepada ibu bapakmu!” Kata laki-laki tadi : “Ibu bapakku sudah tidak ada lagi.” Sabda Nabi, “Kalau begitu berbaktilah kepada anakmu, ibu bapakmu berhak atas dirimu dan anakmu juga berhak atas dirimu.”


Sumber : Dakwah Ila Allah

Keutamaan Wanita

  • Seorang wanita shalihah lebih baik dari 70 orang waliyullah.
  • Seorang wanita jahat lebih buruk daripada 1000 lelaki yang jahat.
  • Dua rakaat shalat dari wanita hamil lebih baik daripada 80 rakaat shalat wanita yang tidak hamil.
  • Wanita yang member susu kepada anaknya dari buah dadanya akan mendapat satu pahala dari tiap-tiap tetes susu yang diberikannya.
  • Apabila seorang suami pulang kerumah dalam keadaan letih dan isterinya melayani dengan baik maka mendapat pahala jihad.
  • Seorang isteri yang menghabiskan malamnya dengan tidur yang tak pulas karena menjaga anaknya yang sakit mendapat pahala seperti membebaskan 20 orang hamba sahaya.
  • Isteri yang melihat suaminya dengan kasih sayang dan suami melihat istrinya dengan kasih sayang, maka Allah pandang mereka dengan penuh rahmat.
  • Wanita yang tidak cukup tidur di malam hari karena menjaga anaknya yang sakit akan diampunkan oleh Allah seluruh dosanya dan bila ia hibur anaknya maka Allah akan memberikan pahala 12 tahun pahala ibadah.
  • Wanita yang mendorong suaminya keluar di Jalan Allah dan menjaga adab rumah tangga, akan masuk surga 500 tahun lebih dahulu dari suaminya dan menjadi ratu dari 70.000 malaikat dan bidadari dan akan dimandikan di dalam surga dan menunggang kuda yang dibuat daripada yaqut.
  • Wanita yang memerah susu binatang dengan menbaca Bismillah maka akan didoakan oleh binatang itu dengan doa keberkatan.
  • Wanita yang menumbuk tepung dengan membaca Bismillah maka Allah akan memberkati rizkinya.
  • Wanita yang menyapu lantai dengan berzikir dapat pahala seperti menyapu lantai Baitullah.
  • Wanita yang menjaga shalat, puasa dan taat pada suami, Allah SWT mengizinkannya memasuki surga dari pintu mana saja yang ia kehendaki.
  • Kalau istri melayani suami tanpa khianat baginya pahala 12 tahun shalat.
  • Pahala bagi wanita hamil yaitu seperti berpuasa di siang hari dan beribadah di malam hari.
  • Wanita yang bersalin dapat pahala 70 tahun shalat dan puasa dari setiap kesakitan pada satu uratnya maka Allah beri pahala haji.
  • Sekiranya wanita itu meninggal dalam masa 40 hari selepas bersalin, ia tergolong sebagai mati syahid.
  • Kalau wanita menyusui anaknya sampai cukup tempo yakni 2 tahun, maka malaikat-malaikat di langit akan mengabarkan beria bahwa surga wajib baginya.
  • Wanita yang memijit suaminya tanpa disuruh baginya pahala 7 tola emas, manakala wanita memijit suaminya disuruh akan dapat pahala 7 tola perak.
  • Wanita yang meninggal dunia dengan keridhoan suaminya akan masuk surga.
  • Jika suami mengajar istrinya 1 masalah agama, baginya mendapatkan pahala 80 tahun ibadah.
  • Semua orang akan melihat dan dipanggil untuk melihat wajah Allah di akhirat nanti, namun Allah akan mendatangi sendiri kepada wanita yang memberati/menjaga auratnya secara sempurna di dunia ini dengan istiqamah.
  • Wanita yang mencuci baju suaminya akan menghapus 2.000 dosa bersama tetesan air yang jatuh.
  • Wanita yang mencuci baju suaminya yang digunakan keluar di jalan Allah, maka debu yang menempel di baju dan tersentuh oleh kulitnya maka kulitnya tidak akan disentuh api neraka sekalipun asapnya.
  • Wanita yang membuat makanan terbuat dari tepung untuk suami dan anak-anaknya, Allah menetapkan pada setiap biji tepung itu kebajikan, menghapus kejelekan, dan meninggikan derajatnya.
  • Wanita yang berkhidmat melayani suaminya sehari semalam dengan suka cita dan penuh keikhlashan serta niat yang benar, Allah akan mengampuni dosanya dan memakaikannya pada hari kiamat dengan pakaian hijau gemerlap dan Allah menetapkan setiap rambut ditubuhnya 1.000 kebaikan dan Allah memberinya pahala 100 ibadah haji dan umrah.
  • Wanita yang membentangkan tempat tidur untuk suaminya dengan senang hati, maka malaikat pemanggil dari langit akan menyerunya untuk menghadapi amalnya dan Allah mengampuni dosanya yang sudah lalu dan yang akan datang.
  • Wanita yang meminyaki rambut serta janggut suaminya dan mencukur kumisnya serta memotong kukunya maka di akhirat Allah SWT akan memberikan kepadanya arak yang masih tertutup, murni dan belum terbuka dari sungai-sungai dalam surga. Allah akan mempermudah sakratulmautnya, kuburnya akan ditemui sebagai taman-taman surga dan Allah menetapkan baginya bebas dari neraka dan dapat melewati titian shirat dengan selamat.
  • Apabila seorang wanita mencucikan pakaian suaminya, maka Allah mencatat 1.000 kebaikan dan mengampuni kesalahannyabahkan segala sesuatu yang disinari oleh matahari memintakan ampun baginya, serta Allah mengangkat 1.000 derajat baginya.
  • Jihad seorang wanita adalah mengurus suaminya dengan baik
  • Allah merahmati seorang wanita yang bangun malam dan shalat, lalu membangunkan suaminya dan ikut shalat, bila suaminya enggan maka ia percikkan air di mukanya.
  • Seorang wanita yang meminyaki rambut kepala anak-anaknya lalu menyisirnya dan mencucikan pakaiannya maka Allah SWT menetapkan pahala baginya seperti pahala memberi makan 1000 orang yang kelaparan dan memberi pakaian kepada 1000 orang yang telanjang.
  • Wanita yang sedang hamil dan menyusui sampai habis masa persusuannya seperti pejuang di garis depan fi sabilillah. Dan jika ia meninggal di antara waktu tersebut maka sesungguhnya baginya pahala mati syahid.
  • Jika wanita mengandung anak di perutnya, maka para malaikat akan memohonkan ampunan baginya, dan Allah SWT menetapkan baginya setiap hari 1.000 kebaikan, menghapuskan 1.000 kejelekan. Ketika wanita itu merasa sakit saat melahirkan, maka Allah menetapkan baginya pahala para pejuang di jalan Allah. Jika ia melahirkan bayinya, maka keluarlah dosa-dosanya seperti ketika ia dilahirkan oleh ibunya dan tidak akan keluar dari dunia dengan membawa dosapun, di kuburnya akan di tempatkan di taman-taman syurga. Allah memberinya pahala 1.000 ibadah haji dan umroh dan 1.000 malaikat memohon ampunan baginya hingga hari kiamat.
  • Jika wanita hamil dari suaminya, sedangkan suami ridho padanya, maka ia memperoleh pahala seperti pahala orang yang berpuasa yang berjuang di jalan Allah.
  • Wanita yang merasa kesakitan ketika melahirkan akan mendapatkan pahala yang tidak terhitung banyaknya.
  • Wanita yang menyusui anaknya, maka setiap tetesan susunya akan diberi pahala satu kebaikan. Dan jika tidak dapat tidur semalam suntuk karena anaknya, maka baginya pahala seperti memerdekakan 70 hamba sahaya di jalan Allah dengan penuh keikhlashan.
  • Wanita yang memberi minum anaknya di waktu kecil, kelak di hari kiamat Allah SWT akan memberinya 70 teguk air dari telaga kautsar.
  • Wanita yang kematian tiga orang anaknya di waktu kecil maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka.
  • Wanita yang paling baik di kalangan wanita akan memasuki syurga sebelum orang yang paling baik di kalangan laki-laki. Mereka akan mandi dan memakai minyak wangi dan menyambut suaminya di atas keledai-keledai merah dan kuning. Bersama mereka anak-anak kecil.


Sumber : Dakwah Ila Allah

Anak Laki-Laki Harun Ar-Rasyid

Harun Ar Rasyid mempunyai seorang anak laki-laki yang berumur sekitar 16 tahun. Ia banyak duduk di majlis orang-orang zuhud dan wara’. Ia juga sering berziarah ke pemakaman. Ketika sampai di pemakaman, ia berkata, “Ada masanya kalian tinggal di dunia ini dan sebagai tuannya. Akan tetapi ternyata dunia tidak melindungi kalian sehingga kalian sampai ke dalam kubur. Seandainya aku mengetahui apa yang menimpa kalian sekarang ini, tentu aku ingin mengetahui apa yang kalian katakan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada kalian. Kemudian ia membaca syair ini:

“Pemakaman menakutkanku setiap hari. Suara tangisan dan ratapan wanita yang berduka cita membuatku sedih.”

Pada suatu hari, ia datang ke istana ayahnya, Harun Ar Rasyid. Pada waktu itu, semua menteri dan para pejabat kerajaan beserta tamu-tamu terhormat lainnya sedang berkumpul bersama raja, sedangkan anak laki-laki tersebut hanya mengenakan kain yang sangat sederhana dengan surban dikepalanya. Ketika orang-orang istana melihat dirinya dalam keadaan seperti itu, mereka saling berkata, “Tingkah laku anak gila ini menghina Amirul Mukminin di hadapan para bangsawan. Jika Amirul Mukminin menasehati dan mengingatkannya, mungkin ia akan berhenti dari kebiasaannya gilanya itu.” Begitu mendengar perkataan mereka, Amirul Mukminin berkata kepada anak laki-lakinya, “Wahai anakku sayang, engkau telah mempermalukan diriku di hadapan para bangsawan.” Mendengar kata-kata itu, ia tidak menjawab sepatah katapun atas perkataan ayahnya, tetapi ia memanggil seekor burung yang bertenggek di ruangan tersebut dan berkata, “Demi Dzat yang menciptakanmu, terbang dan hinggaplah di atas tanganku.” Burung itupun terbang dan hinggap di atas tangannya. Kemudian ia berkata, “Sekarang, kembalilah ke tempatmu.” Maka terbanglah burung itu lalu kembali ke tempatnya. Setelah itu ia berkata, “Ayahku, sebenarnya kecintaanmu kepada dunia itulah yang telah menghinakan diriku. Sekarang aku telah bertekad untuk berpisah denganmu.” Setelah berkata demikian, anak tersebut pergi meninggalkan istana. Ia pergi hanya membawa Al Quran. Ibunya memberinya sebuah cincin yang sangat mahal agar dapat digunakan pada saat memerlukan.

Ia berjalan dari istana hingga tiba di Bashrah. Ia mulai bekerja sebagai buruh. Tetapi dalam satu minggu, ia hanya bekerja selama satu hari, yakni pada hari sabtu. Hasil jerih payahnya selama sehari ia gunakan untuk keperluan hidupnya selama seminggu. Kemudian pada hari ke delapan, yakni pada hari sabtu, ia bekerja lagi. Ia hanya menerima upah sebesar satu dirham, dan untuk keperluan setiap harinya, ia menggunakannya sebesar satu danaq (seperenam dirham). Ia tidak mau mengambil lebih atau kurang dari upah tersebut.

Kisah selanjutnya diceritakan oleh Abu Amir Bashri rah a. Ia berkata, “Ketika sebelah rumahku roboh, aku memerlukan seorang tukang batu untuk memperbaiki rumahku. Ada seseorang yang memberitahu aku bahwa ada seorang anak laki-laki yang dapat memperbaiki rumah. Maka aku segera mencarinya. Di luar kota, aku melihat seorang anak muda tampan yang sedang duduk membaca Al Quran. Di sisinya terletak sebuah tas kecil. Aku bertanya kepadanya, ‘Wahai anakku, apakah engkau mau bekerja sebagai buruh?’ Ia menjawab, ‘Mengapa tidak, kita diciptakan memang untuk bekerja. Katakan kepadaku apa yang harus aku kerjakan?’ Aku berkata, ‘Memperbaiki bangunan.’ Ia berkata, ‘Aku bersedia asalkan aku mendapat upah satu dirham dan satu danaq sehari, dan pada waktu shalat aku tidak bekerja. Aku harus mengerjakan shalat.’ Aku menerima syaratnya. Kemudian aku membawanya ke rumah dan menyuruhnya bekerja. Ketika saat shalat Maghrib tiba, aku sangat terkejut, karena ternyata ia telah menyelesaikan pekerjaan dengan baik, pekerjaan yang dapat dilakukan oleh sepuluh orang. Aku memberinya upah dua dirham, akan tetapi ia tidak mau menerimanya, karena melebihi dari syarat yang telah ia ajukan. Ia hanya mau mengambil satu dirham dan satu danaq, lalu pergi.

Karena merasa penasaran, pada hari berikutnya aku keluar mencarinya, tetapi ia tidak kutemukan. Aku bertanya kepada orang-orang dengan menerangkan ciri-ciri anak muda tersebut, kalau-kalau ada yang mengetahuinya. Orang-orang memberitahuku bahwa anak tersebut hanya bekerja pada hari Sabtu. Selain hari tersebut, tidak ada seorang pun yang dapat menemukannya. Karena merasa puas dengan pekerjaan anak muda tersebut, aku memutuskan untuk menunda pembangunan dinding rumahku pada hari sabtu mendatang dengan meminta bantuan kepada anak muda tersebut. Pada hari Sabtu, aku mencarinya lagi dan kudapati ia sedang membaca Al Quran sebagaimana biasanya. Aku mengucapkan salam kepadanya dan menanyakan apakah ia bersedia bekerja lagi di tempatku dengan syarat yang sama dengan hari sabtu yang lalu. Ia berangkat bersamaku dan mulai mengerjakan dinding rumahku lagi.

Aku masih merasa sangat penasaran dengan pekerjaan anak muda tersebut, bagaimana mungkin ia mampu mengerjakan sendiri sebuah pekerjaan yang biasa dilakukan oleh sepuluh orang pekerja. Maka, ketika ia mengerjakan pekerjaannya, dengan diam-diam aku mengintipnya. Betapa terkejutnya ketika aku melihat apa yang dilakukannya. Ketika ia mengaduk semen dan meletakkannya di dinding, batu-batu itu menyatu dengan sendirinya. Maka aku sadar dan yakin bahwa anak muda tersebut bukanlah pemuda biasa, akan tetapi seorang kekasih Allah. Sebagaimana hamba-hamba-Nya yang khusus, dalam melakukan pekerjaannya, pemuda tersebut selalu mendapat bantuan dari Allah secara ghaib.

Pada sore harinya aku hendak memberinya upah sebesar tiga dirham, akan tetapi ia tidak mau menerimanya. Ia hanya mengambil satu dirham dan satu danaq, kemudian pergi. Aku menunggunya lagi selama seminggu. Dan pada hari sabtu, aku keluar mencarinya. Akan tetapi aku tidak menemukannya. Aku memperoleh berita dari seseorang yang mengatakan bahwa pemuda tersebut sedang sakit. Tiga hari lamanya ia jatuh sakit. Kemudian aku minta tolong kepada seseorang untuk mengantarkan aku ke tempat pemuda yang sedang menderita sakit itu. Sesampainya di tempat tinggalnya, ternyata pemuda itu tengah berbaring tak sadarkan diri di atas tanah, kepalanya berbantalkan separuh potongan batu bata. Ketika aku memberi salam padanya, ia tidak menjawab. Maka aku mengucapkan salam sekali lagi. Ia membuka matanya sedikit dan mengenaliku. Aku segera mengangkat kepalanya dari batu bata itu dan meletakkannya di atas pangkuanku. Tetapi ia menarik kepalanya dan membaca beberapa bait syair, dua di antaranya adalah :

Wahai kawanku, janganlah engkau terperdaya oleh kenikmatan dunia. Karena hidupmu akan berlalu. Kemewahan hanyalah untuk sekejap mata.

Dan apabila engkau mengusung jenazah ke pemakaman, ingatlah suatu hari engkau pun akan diusung ke pemakaman.


Setelah mengucapkan syair tersebut, ia berkata, “Wahai Abu Amir, jika ruhku telah keluar dari tubuhku, mandikanlah aku, dan kafanilah aku dengan pakaian ini." Aku menyahut, “Wahai sayang, aku tidak keberatan membelikan kain kafan yang baru untukmu.” Ia menjawab, “Orang yang masih hidup lebih memerlukan pakaian yang baru daripada orang yang meninggal (sama dengan ucapan Abu Bakar Ash Shiddiq ra ketika hendak meninggal dunia)." Anak itu menambahkan, “Kain kafan yang baru ataupun usang akan segera membusuk. Apa yang tinggal bersama seseorang setelah kematiannya hanyalah amal perbuatannya. Berikanlah sarung dan cerekku ini kepada penggali kubur sebagai upahnya. Al Quran dan cincin ini tolong sampaikan langsung kepada Khalifah Harun Ar Rasyid dan sampaikan kepadanya pesanku, ‘Wahai ayah, jangan sampai engkau meninggal dalam keadaan lalai dan tertipu oleh dunia.” Dengan keluarnya kata-kata tersebut dari bibirnya, pemuda itu pun meninggal dunia. Dan pada saat itulah aku menyadari bahwa ternyata ia adalah seorang Pangeran, Putra Mahkota.

Setelah putra mahkota itu meniggal dunia, aku pun memandikannya, mengkafaninya, dan memakamkannya sesuai dengan wasiatnya. Kedua benda berupa sarung dan cerek aku berikan kepada penggali kubur. Kemudian aku pergi ke Baghdad dengan membawa Al Quran dan cincin untuk aku serahkan kepada Khalifah Harun Ar Rasyid. Sungguh aku sangat beruntung, ketika aku sampai di pintu gerbang istana khalifah, pasukan raja sedang keluar dari istana khalifah. Aku pun berdiri di tempat yang tinggi. Mula-mula keluar pasukan berkuda yang sangat besar, yakni berjumlah 1000 tentara. Setelah itu keluar lagi sepuluh pasukan berkuda, masing-masing pasukan berjumlah 1000 tentara. Amirul Mukminin sendiri berada di dalam pasukan yang kesepuluh. Dengan kerasnya aku berseru, “Wahai Amirul Mukminin, demi kekerabatanmu dengan Rasulullah saw, berhentilah sebentar!” Mendengar suaraku itu, ia melihat kepadaku. Maka dengan cepat aku maju ke arah Amirul Mukminin dan berkata, “Ini adalah titipan seorang laki-laki asing kepadaku. Ia berwasiat agar aku menyampaikan dua macam benda ini langsung kepada engkau.” Bagitu melihatnya, raja pun mengenalinya dan menundukkan kepala sesaat. Air matanya mengalir dari kedua matanya. Kemudian khalifah menyuruh pengurus istana untuk mengantarku ke istana.

Setelah khalifah kembali pada sore harinya, khalifah memerintahkan pengurus istana untuk menutup semua tabir istana dan berkata kepada penjaga pintu, “Panggil orang itu, walaupun ia akan membengkitkan kembali kesedihanku.” Penjaga pintu datang kepadaku dan berkata, ‘Amirul Mukminin memanggilmu. Tetapi ingat, Amirul Mukminin sedang berduka. Jika engkau ingin menyampaikan sesuatu dalam sepuluh kata, cobalah disampaikan dalam lima kata saja.’ Setelah berkata demikian, ia membawaku menemui Amirul Mukminin. Pada waktu itu Amirul Mukminin duduk seorang diri. Ia berkata kepadaku, ‘Mendekatlah kepadaku.’ Aku pun duduk di dekat khalifah. Lalu khalifah berkata, ‘Apakah engkau mengenal anakku?’ Aku menjawab, ‘Betul, aku mengenalnya.’ Khalifah bertanya, ‘Pekerjaan apakah yang ia lakukan?’ Aku menjawab, ‘Ia bekerja sebagai tukang batu.’ Khalifah bertanya, ‘Apakah engkau juga pernah mempekerjakannya sebagai tukang batu?’ Aku menjawab, ‘Ya, pernah.’ Khalifah bertanya lagi, ‘Apakah engkau tidak tahu bahwa ia masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan Rasulullah saw?’ (Harun Ar Rasyid adalah keturunan Abbas ra, paman Nabi Muhammad saw). Aku berkata, ‘Amirul Mukminin, terlebih dahulu aku memohon ampunan dari Allah SWT, setelah itu aku memohon maaf kepadamu. Pada waktu itu aku belum mengetahui kalau ia masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan Rasulullah saw. Aku baru mengetahuinya ketika ia hendak meninggal dunia.’ Khalifah bertanya, ‘Apakah engkau memandikannya dengan tanganmu sendiri?’ Aku menjawab, 'Benar.' Khalifah berkata, ‘Ulurkan tanganmu!’ Ia menarik tanganku, kemudian menempelkan di dadanya dambil membaca beberapa syair yang artinya:

Wahai engkau yang menjauh dariku,

Hatiku larut dalam kesedihan karenamu

Mataku mencucurkan air mata penderitaan

Wahai engkau yang jauh kuburnya

Terlalu jauh, tetapi kesedihanmu lebih dekat di hatiku

Benar, kematian itu membingungkan kesenangan yang tertinggi di dunia

Wahai anakku yang menjauh dariku

Enakau bagai bulan purnama yang tergantung di atas dahan perak

Bulan telah menetap di kubur

Sedang dahan perak menjadi debu


Setelah melantunkan syair di atas, Harun Ar Rasyid ingin pergi ke Bashrah untuk menziarahi makam anaknya. Abu Amir pun menyertainya. Begitu sampai di makam anaknya, Harun Ar Rasyid membaca beberapa bait syair yang artinya sebagai berikut:

Wahai musafir ke alam yang tidak diketahui

Engkau takkan kembali ke rumah

Maut dengan cepat telah merenggutmu pada awal masa remajamu

Wahai penyejuk mataku, engkaulah pelipur laraku

Kediaman hatiku di kesunyian

Engkau telah merasakan racun kematian

Yang seharusnya ayahmulah yang meminumnya di usia tua

Sungguh, setiap orang akan merasakan kematian

Apakah ia seorang pengembara, atau seorang penduduk kota

Segala puji bagi Allah Yang Esa, Yang tidak mempunyai sekutu

Karena ini adalah bukti keputusan-Nya


Abu Amir rah a berkata, “Pada malam harinya, ketika aku telah menyelesaikan wirid-wiridku, aku tertidur. Dalam tidurku, aku bermimpi melihat sebuah istana yang berkubah dari nur, yang di atasnya terdapat awan dari nur yang menaunginya. Kemudia awan itu hilang, dan anak itu memanggilku sambil berkata, ‘Wahai Abu Amir, semoga Allah memberimu balasan yang lebih baik karena engkau telah memandikan, mengkafani, memakamkan aku, dan telah menunaikan semua wasiatku. Aku bertanya kepadanya, ‘Wahai kekasihku, bagaimana keadaanmu, apa yang engkau alami?’ Ia berkata, ‘Aku telah sampai ke hadapan Tuhan Yang Maha Pemurah dan Dia sangat ridha kepadaku.’ Al Malik telah memberi tahu kepadaku bahwa aku memdapatkan sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata manusia, tidak pernah terdengar oleh telinga manusia, dan akal tidak dapat memikirkannya.

Kemudian ruh pemuda tersebut berkata kepadaku dalam mimpiku, “Allah SWT telah berjanji kepadaku, Dia bersumpah dengan keagungan-Nya bahwa Dia akan menganugerahkan kenikmatan, kehormatan, dan karunia semacam itu kepada semua hamba-Nya yang keluar dari dunia seperti aku.’

Penulis kitab Raudh mengatakan bahwa ia juga mendapatkan cerita yang sama secara keseluruhan dari sanad yang lain. Di dalamnya juga diterangkan bahwa seseorang bertanya kepada Harun Ar Rasyid mengenai keadaan anak itu. Ia menjawab, "Anakku lahir sebelum aku menjadi raja. Ia mendapat didikan adab yang sangat baik, ia telah belajar Al Quran dan ilmu-ilmu lain. Ketika aku menjadi raja, ia pergi meninggalkan aku. Ia tidak pernah mengambil manfaat dari duniaku. Ketika ia hendak pergi, akulah yang berkata kepada ibunya agar ia diberi sebuah cincin mutiara yang sangat indah dan mahal harganya. Akan tetapi ia tidak pernah menggunakannya, bahkan ketika menjelang wafat, ia mengembalikannya. Anak ini sangat patuh kepada ibunya." (Raudh)

Sumber : Dakwah Ila Allah

Hadith - Keutamaan mempunyai anak perempuan

Bismillahirrahmanirrahim... (Rujukan buku- 111 wasiat Rasulullah SAW untuk Wanita Solehah,m/s 26

Rasulullah SAW bersabda:

"Barang siapa yang mengasuh atau memelihara dua orang anak perempuan sehingga besar, nanti pada hari kiamat aku dengan dia seperti ini; sambil Nabi merapatkan jarinya."
[Hadith Riwayat Bukhari dan Muslim]

"Barang siapa yang mempunyai kesusahan disebabkan mempunyai anak-anak perempuan, tetapi dia tetap berlaku baik kepada mereka, nanti pada hari kiamat mereka akan menjadi pendinding baginya dari api neraka."
[Hadith Riwayat Bukhari dan Muslim]

"Barang siapa yang memelihara dua atau tiga anak perempuan atau dua tiga saudara perempuan serta mendidiknya, maka orang itu akan masuk syurga."
[Hadith Riwayat Tarmizi dan Abu Daud]

Sumber : Mata Hati Wanita Solehah

Hukum Wanita Memandang Kepada Lelaki

Saturday, January 15, 2011

Bismillahirrahmanirrahim... rujukanbuku 'Hijab Memelihara Kesucian Wanita Muslimah', ms.80-81.

Sebagaimana kaum lelaki diperintahkan untuk tidak memandang wanita-wanita yang bukan mahram, wanita juga diperintahkan untuk tidak memandang lelaki yang bukan mahram.

Ummu Salamah r.a (isteri nabi s.a.w) berkata,

'Suatu ketika saya dan Maimunah berada bersama-sama Rasulullah s.a.w. Ketika itu tiba-tiba Abdullah bin Ummi Maktum masuk ke rumah. Kerana mengetahui Abdullah buta, kami tidak menurunkan hijab dan tetap duduk di sana. Rasulullah s.a.w bersabda, 'Pakailah hijab di hadapannya!'. Saya bertanya, 'Wahai Nabi Allah, bukankah ia buta? Ia juga tidak melihat kami'. Rasulullah s.a.w menjawab, 'Apakah kamu berdua juga buta? Tidakkah kamu dapat melihatnya?'.

Kesimpulan dari hadis tersebut, adalah menjadi kewajipan bagi wanita agar tidak melihat kaum lelaki, sebagaimana telah disebutkan dalam Al-Quran,'Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman agar menundukkan pandangan mereka...' (Surah An-Nur, ayat 30).
Abdullah bin Ummi Maktum r.a adalah seorang yang buta dan seorang sahabat Nabi s.a.w yang sangat warak. Kedua isteri Rasulullah s.a.w juga sangat warak. Meskipun demikian, Rsulullah meminta kedua isterinya agar memakai hijab di hadapan Abdullah r.a.

Sumber : Mata Hati Wanita Solehah

Isteri-isteri di dalam syurga

Bismillahirrahmnirrahim.. (Rujukan buku 'Menuju ke Negeri Abadi', ms 399 - 403)

Telah diriwayatkan daripada Anas bahawa Rasulullah S.A.W telah bersabda:

"Demi sesungguhnya berpetang-petang atau berpagi-pagi (pergi berjihad) di jalan Allah adalah lebih baik dari dunia dan seluruh isinya. Demi sesungguhnya panah kamu dari syurga atau tempat cemetinya adalah lebih baik dari dunia dan seluruh isinya. Kalaulah seorang perempuan dari penghuni syurga dijelmakan dari penduduk bumi pasti ia akan menerangi antara kedua-duanya (langit dan bumi)dan pasti ia akan memenuhi dengan wangian. Demi sesungguhnya selendangnya yang ada di atas kepalanya itu lebih baik dari dunia dan seluruh isinya."
[Riwayat al-Bukhari, Muslim dan lain-lainnya]

Telah diriwayatkan daripada Ibnu Umar r.a, beliau berkata Rasulullah S.A.W telah bersabda:

"Sesungguhnya isteri-isteri penghuni syurga akan menyanyikan untuk suami-suami mereka dengan suara yang paling baik didengari oleh seseorang. Sesungguhnya lagu nyanyian mereka ialah: Kami perempuan-perempuan baik lagi cantik, isteri kepada kaum yang mulia, mereka melihat dengan penuh gembira..."
[Riwayat al-Tabrani di dalam al-Awsat dan al-Saghir. Para periwayatnya semua periwayat hadith sahih]

Telah diriwayatkan daripada Abu Sa'id al-Khudri daripada Nabi S.A.W di dalam mentafsirkan Firman allah S.W.T:

"Bidadari-bidadari itu (cantik berseri) seperti permata delima dan marjan."

Baginda bersabda:

"Sesungguhnya seorang lelaki itu akan duduk bersandar di dalam syurga selama 70 puluh tahun sebelum ia berpindah. kemudian datang kepada isterinya lalu ia memeluk bahunya. Maka ia dapat melihat mukanya pada pipi isterinya yang lebih jernih daripada cermin. Dan bahawa permata paling rendah dipakainya itu menyinari antara timur dan barat. Lalu ia mengucapkan salam kepada suaminya."
Baginda bersabda
"Lalu ia menjawab salam isterinya dan bertanya: "Siapakah engkau?" Maka ia menjawab: "Aku dari syurga." Dan bahawa ia memakai 70 pakaian. Paling rendahnya seumpama kain lembut paling baik. Maka matanya dapat menembusinya sehingga ia dapat melihat isi betisnya daripada sebaliknya. Dan bahawa ia memakai mahkota, serendah-rendah permata padanya menerangi antara timur dan barat."
[Riwayat Ahmad dan Ibnu Hibban di dalam sahihnya]

At-Tabrani dan al-Bazzar telah mengeluarkan hadith dengan sanad yang sahih daripada Abu Hurairah r.a beliau berkata:
"Baginda S.A.W ditanya: "wahai Rasulullah, adakah kita boleh berhubung dengan isteri-isteri kita di dalam syurga?" Maka baginda menjawab: "Sesungguhnya seorang lelaki akan dapat berhubung di dalam masa sehari dengan seratus perawan."

Sungguh indah sekali suasana di sana. Seorang saudara akan menziarahi saudaranya seIslam. bapa menziarahi anak-anaknya. Anak-anak menziarahi Ibubapanya di dalam syurga. Lebih indah daripada itu semua apabila orang-orang beriman dapat menziarahi para nabi, para siddiqin dan para ulama amilin. Pemimpin bagi semuanya ini ialah Nabi Muhammad S.A.W penghulu bagi semua Rasul. Lebih indah lagi dari semua ini apabila mereka dapat menziarahi Allah S.W.T. Mereka dapat mendengar ucapanNya dan dapat melihatNya tanpa hijab.

'Ya Allah ampunilah segala dosa-dosa kami, sesunguhnya Allah Maha mengetahui apa yang terbaik untuk kami pada hari ini dan masa hadapan, oleh itu kurniakan sebaik-baik ketentuan dan kesudahan ke atas kami, akhirkan kami dalam keadaan beriman, semoga Allah redha ke atas kami, semoga Nabi redha ke atas kami, semoga suami kami redha ke atas kami, semoga ibu bapa kami redho ke atas kami dan seluruh umat Islam yang beriman redha ke atas kami. Semoga Syurga milik kami.. Amin.'

Sumber : Mata Hati Wanita Solehah

Muhasabah Bagi Orang Yang Ingin Dinikahi

JANGAN KAHWINI YANG 6

Pesanan Rasulullah saw untuk kaum Lelaki : "Jangan engkau kahwini wanita yang enam, jangan yang ananah, yang mananah, dan yang hananah dan jangan engkau kahwini yang hadaqah, yang basaqah dan yang syadaqah".

1.Wanita Ananah:
Wanita yang banyak mengomen itu dan ini. Apa yang diberi atau dilakukan suami untuk rumahnya tangga semua tidak kena dan tidak berpuas hati.

2.Wanita Mananah:
Wanita sebegini yang menidakkan usaha dan jasa suami sebaliknya mendabik dada dialah yang banyak berkorban untuk membangun rumah tangga. Dia suka mengungkit-ungkit apa yang dilakukan untuk kebaikan rumah tangga. Biasanya wanita ini bekerja atau berkedudukan tinggi dan bergaji besar.

3.Wanita Hananah:
Menyatakan kasih sayangnya kepada suaminya yang lain, yang dikahwininya sebelum ini atau kepada anaknya dari suami yang lain dan wanita ini berangan-angan mendapatkan suami yang lebih baik dari suami yang sedia ada. Dalam kata lain wanita sebegini tidak bersyukur dengan jodohnya itu. Wanita sebegini yang mengkufuri nikmat perkahwinan. Dia juga merendahkan kebolehan dan kemampuan suaminya.

4.Wanita Hadaqah:
Melemparkan pandangan dan matanya pada tiap sesuatu, lalu menyatakan keinginannya utk memiliki barang itu dan memaksa suaminya untuk membelinya selain itu wanita ini suka ikut nafsunya. Wanita sebigini memeningkan kepala lelaki. Dia tenguk apa saja dia mahu. Dia suka membandingkan dirinya dengan diri orang lain. Suka menunjuk-nujuk. Wanita inilah yang menjadikan suami dulu handsome sekarang suah botak.

5. Wanita Basaqah : ada 2 makna:

Pertama:
Wanita sebegini yang suka bersolek dan menghiaskan diri. Dia menghias diri bukan untuk sumainya tetapi untuk ditunjuk-tujukkan kepada dunia. Suka melawa. Wangnya dihabiskan untuk membeli make-up, kasut dan barang kemas. Wanita begini juga suka dipuji-puji. Kalau dia kebetulan menjadi isteri orang ternama dan menjadi pula ketua dalam kumpulan itu, orang lain tidak boleh mengatasi dirinya.

Kedua:
Dia marah ketika makan dan tidak mahu makan kecuali sendirian dan diasingkannya bahagiannya.

6.Wanita Syadaqah:
Banyak cakap, tidak menentu lagi bising. Kebecokan itu juga menyebabkan segala kerja yang dibuatnya tidak menjadi, hanya tukang sibuk dan komen saja.

---Dicatat oleh Imam Al-Ghazalli...Wallahu'alam.
Pena IBNU ARAHMAN

Sumber : Hafizatul Qiram

Hadith - Mimpi Rasulullah s.a.w.

Dari Samurah ibn Jundab r.a. meriwayatkan; Rasulullah s.a.w. seringkali bertanya kepada sahabat-sahabatnya: Adakah seseorang daripada kamu bermimpi? Maka salah seorang di antara mereka akan menceritakan mimpinya dan Rasulullah s.a.w. akan menjelaskannya. Suatu pagi Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Malam tadi dua orang datang kepadaku (dalam mimpi) dan membangunkan aku dan berkata; Pergilah bersama dengan kami. Aku berangkat bersama mereka dan kami melintasi seorang lelaki yang berbaring dan seorang lagi berdiri di sebelah atas kepalanya, dia memegang batu yang besar dan dia menghempaskan batu itu kepada lelaki (yang sedang berbaring itu) sehingga batu itu menghancurkan kepalanya. Batu itu terlempar jauh. Sebelum batu itu sampai, kepala itu menjadi seperti sediakala. Pelempar itu melakukan hal yang sama sebagaimana dia telah lakukan sebelumnya. Dengan rasa hairan saya bertanya kepada kedua orang itu: Subhaanallah! Siapakah kedua orang ini? Mereka berkata; Mari kita berjalan terus!
Maka kami meneruskan perjalanan sehingga kami datang kepada seorang lelaki yang sedang tidur terlentang di atas katilnya, dan seorang lelaki yang lain berdiri di sebelahnya dengan sebatang paku besi dan dia meletakkan paku itu dari satu sisi mulut lelaki itu, maka merobek pipi salah satu daripada mukanya, hidungnya dan matanya sampai ke tengkuk dan demikian pula dia melakukan hal yang sama pada sebelah yang lain. Ketika dia mencarik-carik salah satu bahagian dari muka orang itu, bahagian yang lain telah kembali pulih, kemudian dia kembali kepada bahagian yang pertama untuk mengulanginya. Saya bertanya kepada kedua orang itu: Subhaanallah! Siapakah kedua orang ini? Mereka berkata; Mari kita berjalan terus!
Kemudian kami meneruskan perjalanan dan kami sampai pada sesuatu seperti tannur (sebuah lubang seperti tempayan yang biasanya dibuat dari tanah untuk membakar roti). Rasulullah s.a.w. bersabda; Dalam tempayan itu terdengar suara tangisan dan jeritan. Kami melihat ke dalamnya dan mendapati lelaki dan wanita dalam keadaan telanjang dan nyala api yang membakar dari bawah. Dan apabila api itu sampai kepada mereka, mereka menjerit dengan suara yang kuat. Aku bertanya kepada mereka: Siapakah mereka ini? Mereka meminta aku untuk berjalan terus!
Maka kami meneruskan perjalanan sehingga kami sampai ke sebuah sungai yang berwarna merah seperti darah. Rasulullah s.a.w. menambahkan: Dan sesungguhnya dalam sungai itu ada seseorang lelaki yang sedang berenang dan di tebingnya ada lelaki yang sudah mengumpulkan batu-batu. Lelaki yang berenang itu datang kepada lelaki itu lalu membuka mulutnya dan orang yang berada di tebing sungai itu melemparkan batu ke dalam mulutnya, kemudian dia pergi dan berenang kembali. Dia kembali dan setiap kali sampai diulangi lagi perbuatan itu. Aku bertanya kepada kedua sahabatku: Siapakah mereka ini? Mereka berkata kepadaku; Teruskan, teruskan.
Maka kami meneruskan perjalanan sehingga kami sampai pada seorang lelaki dengan wajah yang hodoh, wajah yang hodoh yang tidak pernah kulihat. Selain dia, ada api dan dia sedang dinyalakannya dan dia berlari mengelilingi api itu. Aku bertanya kepada sahabat-sahabatku: Siapakah orang ini? Mereka berkata kepadaku: Teruskan, teruskan.
Maka kami meneruskan perjalanan kami sehingga sampai pada sebuah taman yang hijau daunnya sangat lebat yang memiliki warna dari semua sumber. Di tengah-tengah kebun itu ada seorang lelaki yang sangat tinggi dan amat sukar untuk melihat kepalanya kerana sangat tingginya dan di sekelilingnya ada kanak-kanak yang ramai yang tidak pernah aku lihat sesuatu seperti itu. Aku bertanyakan kepada sahabat-sahabatku: Siapakah orang ini? Mereka menjawab: Teruskan, teruskan.
Maka kami meneruskan perjalanan sehingga kami sampai pada sebuah taman yang sangat anggun, lebih besar dan lebih cantik daripada yang pernah aku lihat. Kedua sahabatku berkata kepadaku; Pergilah dan naiklah. Maka kami naik sehingga kami sampai ke sebuah kota yang diperbuat dari emas dan batu-batanya dari emas dan perak. Maka kami pergi ke gerbangnya dan pintunya terbuka, maka kami masuk ke dalam kota itu dan kami mendapatkan di dalam lelaki dengan saparuh badannya sangat tampan sebagaimana orang yang sangat tampan yang pernah kamu lihat, dan separuh dari badannya sangat hodoh yang tidak pernah kamu lihat orang sehodoh itu. Kedua sahabatku memerintahkan orang-orang ini untuk terjun ke dalam sungai itu (sebuah sungai yang mengalir) yang airnya putih seperti susu. Orang-orang itu pergi dan mencelupkan badannya ke dalam sungai itu kemudian kembali kepada kami dengan rupa yang tampan (keseluruhannya).
Rasulullah s.a.w. menambah: Kedua sahabat-sahabatku kemudian sambil menunjuk berkata kepadaku: Itulah tempat untuk kamu, iaitu Jannatul 'Adn. Aku mengangkat pandanganku dan sesungguhnya aku melihat di sana sebuah mahligai seperti awan putih. Kemudian sahabatku berkata kepadaku; Istana itu adalah kepunyaanmu. Aku berkata kepada mereka; ???? ???? ?????. Ertinya; Semoga Allah memberkati kamu berdua. Izinkan aku untuk masuk ke dalamnya. Mereka menjawab: Bukan sekarang, tetapi engkau akan memasukinya (pada suatu hari).
Aku berkata kepada mereka: Aku telah melihat banyak kejadian pada malam ini, apakah maksud dari semua ini? Mereka menjawab: Kami akan memberitahu kamu. Peristiwa orang pertama yang kamu lalui, kepalanya sedang dilempari dengan batu, dia adalah orang yang mempelajari Al-Quran dan kemudian tidak membacanya atau tidak beramal dengan perintah-perintahnya dan tidur tanpa mengerjakan sembahyang. Dan bagi orang yang kamu lalui ke atasnya kedua sisi mulutnya, hidung dan matanya dikoyak dari depan ke belakang, dia adalah lelaki yang keluar dari rumahnya pada waktu pagi dan menyebarkan kebohongan-kebohongan ke seluruh dunia. Dan lelaki dan perempuan yang telanjang itu yang kamu lihat dalam tempayan pembakar roti adalah penzina lelaki dan perempuan. Lelaki yang engkau lihat sedang berenang di sungai dan yang diberikan batu untuk ditelan adalah pemakan riba' dan lelaki yang kelihatan hodoh yang kamu lihat dekat api yang sedang dinyalakannya dan mengelilinginya itu adalah Malik (penjaga nereka), dan lelaki yang tinggi yang engkau melihatnya dalam taman adalah Nabi Ibrahim a.s. Dan anak-anak yang mengelilinginya adalah anak-anak yang mati dalam keadaan fitrah."
Periwayat berkata; Sebahagian sahabat bertanya kepada Nabi; Wahai Rasulullah, bagaimana dengan anak-anak orang musyrikin? Baginda s.a.w. bersabda;
"Anak-anak orang musyrikin pun (begitu) juga. Rasulullah s.a.w. menambah: Orang yang engkau lihat separuh tampan dan separuh jelek, adalah orang-orang yang bersama dengan amalan-amalan baik, memiliki juga amalan-amalan yang buruk, akan tetapi Allah mengampuni mereka."
[al-Bukhaari]


Tags :

amalan baik, amalan buruk, batu menghancurkan kepala, berenang, cerita mimpi, daunnya sangat lebat, emas, gerbang, hairan, hidung, Jannatul ‘Adn, jeritan, katil, keampunan Allah, kepala, kepala hancur, kota emas, lelaki, lelaki tinggi, lelaki yang tinggi, mahligai seperti awan putih, Malik, mata, membakar roti, memegang batu, mempelajari Al-Quran, menceritakan mimpi, menghempas batu, menjerit, mimpi, muka, musyrikin, Nabi Ibrahim, nyalaan api, paku besi, paku mulut, paku sisi mulut, pecah kepala, penjaga nereka, perak, Samurah ibn Jundab, separuh jelek, separuh tampan, sungai merah, sungai susu, tafsir mimpi, taman yang hijau, tampan, tangisan, tannur, telanjang, tempayan, tengkuk, tidak beramal dengan Al-Quran, tidak membaca Al-Quran, tidur tanpa solat, wajah yang hodoh, wanita

Nasihat Rasulullah kepada Aisyah r.a.

‘Aisyah r.a meriwayatkan : Rasulullah SAW bersabda “Hai Aisyah, aku nasihatkan kepada kamu. Hendaklah kamu sentiasa mengingat nasihatku ini. Sesungguhnya kamu akan sentiasa di dalam kebajikan selama kamu mengingati nasihatku ini…”

Isi nasihat Rasulullah s.a.w tersebut bolehlah dirumuskan seperti berikut: Hai, Aisyah, peliharalah diri kamu. Ketahuilah bahwa sebagian besar daripada kaum kamu (kaum wanita) adalah menjadi kayu api di dalam neraka.

Diantara sebab-sebabnya ialah mereka itu :

(a) Tidak dapat menahan sabar dalam menghadapi kesakitan (kesusahan), tidak sabar apabila ditimpa musibah

(b) Tidak memuji Allah Ta’ala atas kemurahan-Nya, apabila dikaruniakan nikmat dan rahmat tidak bersyukur.

(c) Mengkufurkan nikmat; menganggap nikmat bukan dari Allah

(d) Membanyakkan kata-kata yang sia-sia, banyak bicara Yang tidak bermanfaat.

Wahai, Aisyah, ketahuilah :

(a) Bahwa wanita yang mengingkari kebajikan (kebaikan) yang diberikan oleh suaminya maka amalannya akan digugurkan oleh Allah

(b) Bahwa wanita yang menyakiti hati suaminya dengan lidahnya, maka pada hari kiamat, Allah menjadikan lidahnya tujuh puluh hasta dan dibelitkan di tengkuknya.

(c) Bahwa isteri yang memandang jahat (menuduh atau menaruh sangkaan buruk terhadap suaminya), Allah akan menghapuskan muka dan tubuhnya Pada hari kiamat.

(d) Bahwa isteri yang tidak memenuhi kemahuan suaminya di tempat tidur atau menyusahkan urusan ini atau mengkhiananti suaminya, akan dibangkitkan Allah pada hari kiamat dengan muka yang hitam, matanya kelabu, ubun-ubunnya terikat kepada dua kakinya di dalam neraka.

(e) Bahwa wanita yang mengerjakan sholat dan berdoa untuk dirinya tetapi tidak untuk suaminya, akan dipukul mukanya dengan sholatnya.

(f ) Bahwa wanita yang dikenakan musibah ke atasnya lalu dia menampar-nampar mukanya atau merobek-robek pakaiannya, dia akan dimasukkan ke dalam neraka bersama dengan Isteri nabi Nuh dan isteri nabi Luth dan tiada harapan mendapat kebajikan syafaat dari siapa pun.

(g) Bahwa wanita yang berzina akan dicambuk dihadapan semua makhluk di hadapan neraka pada hari kiamat, tiap-tiap perbuatan zina dengan lapan puluh kali cambuk dari api.

(h) Bahwa isteri yang mengandung ( hamil ) baginya pahala seperti berpuasa pada siang harinya dan mengerjakan qiamullail pada malamnya serta pahala berjuang fi sabilillah.

(i) Bahwa isteri yang bersalin ( melahirkan ), bagi tiap-tiap kesakitan yang dideritainya diberi pahala memerdekakan seorang budak. Demikian juga pahalanya setiap kali menyusukan anaknya.

(j) Bahwa wanita apabila bersuami dan bersabar dari menyakiti suaminya, maka diumpamakan dengan titik-titik darah dalam perjuangan fisabilillah.

Semoga ahlia-ahlia (isteri-isteri) kita dapat mengambil nasihat Nabi pada Aisyah ini di dalam kehidupan mereka. Namun kita sebagai suami hendaklah selalu mendoakan agar ahli-ahlia (isteri-isteri) kita bersifat seperti isteri-isteri Nabi saw serta kita hendaklah juga selalu memaafkan kesalahan dan kesilapan mereka. Pernah seorang lelaki mendatangi Umar r.a untuk mengambil pandangan berkaitan masaalah isterinya yang banyak bersongeh dan berleter. Setelah sampai didapati isteri Umur r.a pun seperti isterinya suka bersongeh dan berleter. Lalu ia pun meninggalkan Umar r.a. Setelah berjalan beberapa langkah Umar r.a menyedari lalu memanggil lelaki itu datang semula menghampirinya.

Setelah diterangkan maksud kedatangannya lalu Umar r.a pun berkata,: "Siapa mereka, mereka adalah isteri kita. Mereka mendidik dan memelihara anak-anak kita. Merekalah yang menjaga harta benda kita. Mereka memasak makanan serta membasuh pakaian kita. Dan yang lebih penting mereka memelihara kita dari terjebak dengan zina. Sedikit kesilapan dan kesalahan mereka maafkanlah". Lalu lelaki itu pun pulang dengan perasaan puas dengan nasihat Umar r.a.

Wallahua'lam

Sumber : hambalialorstari.blogspot.com


Tags :

70 hasta, 80 cambuk, 80 kali cambuk, ahli syurga, ahlia solehah, ahlia-ahlia, amalan ditolak, amalan gugur, amalan sia-sia, bahan bakar, bahan bakar neraka, banyak bicara, banyak buang masa, berdoa, berdoa untuk diri, berjuang fi sabilillah, berleter, bersongeh, bicara sia-sia, bohsia, cakap sia-sia, cambuk dari api, dicambuk, ditimpa musibah, doa, doa untuk diri, fi sabilillah, fitnah, isteri bersalin, isteri contoh, isteri derhaka, isteri durhaka, isteri membebel, isteri mithali, isteri Nabi Luth, isteri Nabi Nuh, isteri solehah, isteri yang bersalin, isteri yang hamil, isteri yang melahirkan, isteri yang mengandung, isteri-isteri, kaum wanita, kayu api, kehendak suami, keinginan suami, kemahuan suami, kesakitan diberi pahala, kesakitan yang dideritainya, khianat suami, kufur nikmat, lidah 70 hasta, lidah belit tengkuk, lidah panjang, lihat buruk suami, lihat keburukan suami, maruah suami, mata kelabu, memaafkan kesalahan, memaafkan kesilapan, memandang jahat, memasak makanan, membasuh pakaian, memelihara anak-anak, memelihara suami dari zina, menampar muka, menampar-nampar muka, menaruh sangkaan buruk, mendidik anak-anak, mendidik dan memelihara, menduakan suami, menghapuskan muka, menghapuskan tubuh, menghina suami, mengingkari kebajikan, mengkhianati suami, mengkufurkan nikmat, mengumpat, menjadi kayu api, menjaga harta benda, menjatuhkan maruah, menjatuhkan maruah suami, menuduh, menyakiti hati suami, menyakiti suami, menyusukan anak, merobek pakaian, muka dibinasakan, muka dihapuskan, muka dipukul, muka hitam, nafsu suami, nasihat Nabi kepada Aisyah, nikmat, pahala bersalin, pahala isteri hamil, pahala menyusukan anak, pahala puasa, pandang jahat suami, pandang remeh, pandang rendah, pandang rendah suami, pelacur, penzina, perkataan sia-sia, qiamullail, sakit bersalin, sakit melahirkan, sangkaan buruk, seks suami, sifat isteri Nabi, solat dipukul ke muka, solat wanita, suami, suami doakan isteri, suka berleter, suka bersongeh, susu, susu ibu, susu lembu, syafaat, tempat tidur, tidak bermanfaat, tidak doa suami, tidak memenuhi kemahuan suami, tidak memuji Allah, tidak sabar, titik-titik darah, tubuh dihapuskan, ubun-ubun, ubun-ubun terikat, wanita berdoa, wanita kena musibah, wanita penzina dicambuk, wanita syurga, wanita yang berzina, zaujah solehah, ‘Aisyah

How can we repent from shirk

Will Allah forgive us for syirik? Can we repent from syirik? How do we repent. Is there any special prayers we must offer (any duas)?.

Praise be to Allaah.

Shirk is the greatest of sins, because Allaah has told us that He will not forgive the one who does not repent to Him from it, but in the case of lesser sins the matter is subject to His will: if He wills, He will forgive the one who meets Him with that sin unrepented for, and if He wills, He will punish him. This means that we should fear shirk greatly, as it is so serious before Allaah.

Fath al-Majeed, p. 58.

Hence we must repent from all kinds of shirk, whether it is major shirk or minor shirk. If a person repents sincerely then Allaah will accept his repentance and forgive him his sins.

After mentioning shirk in the verse in which He says (interpretation of the meaning):
“And those who invoke not any other ilaah (god) along with Allaah”

[al-Furqaan 25:68]

and stating that its people will abide forever in Hell, Allaah says (interpretation of the meaning):

“Except those who repent and believe (in Islamic Monotheism), and do righteous deeds; for those, Allaah will change their sins into good deeds, and Allaah is Oft?Forgiving, Most Merciful”

[al-Furqaan 25:68-70]

Repentance from shirk means giving it up and submitting to Allaah alone, regretting one's neglect of Allaah’s rights and resolving never to go back to it. Allaah says (interpretation of the meaning):

“Say to those who have disbelieved, if they cease (from disbelief), their past will be forgiven”

[al-Anfaal 8:38]

“If they cease” means, give up their kufr, by submitting to Allaah alone with no partner or associate. Tafseer al-Sa’di.

The Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) said: “Islam destroys that which came before it” – i.e., of sins. Narrated by Muslim 121.

The Messenger of Allaah (peace and blessings of Allaah be upon him) said that the gate of repentance remains open so long at the death rattle has not reached a person’s throat. He (peace and blessings of Allaah be upon him) said: “Allaah will accept His slave’s repentance so long as the death rattle has not yet reached his throat.” (Narrated by al-Tirmidhi, 3537; see also Saheeh al-Jaami’, 1425.

Whoever commits major shirk that puts a person beyond the pale of Islam must repent sincerely from that, put his actions straight and correct his intention. It is also prescribed for him to do ghusl after repenting, because the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) commanded Qays ibn ‘Aasim to do that when he became Muslim. (Narrated by Ahmad, Abu Dawood, al-Tirmidhi and al-Nasaa’i; classed as saheeh by Ibn al-Sakan.

Fataawa al-Lajnah al-Daa’imah, 5/317

With regard to minor shirk, the Messenger of Allaah (peace and blessings of Allaah be upon him) warned us against it, fearing that his ummah might fall into it. He (peace and blessings of Allaah be upon him) said: “The thing I fear most for you is minor shirk.” (Narrated by Ahmad, 23119. al-Albaani said in al-Silsilah al-Saheehah (951): its isnaad is jayyid). And he said: “Shirk among you is more subtle than the sound of the footsteps of an ant on a rock. Shall I not tell you of something which, if you do it, it will take that away from you, both minor and major forms of it. Say: Allaahumma inni a’oodhu bika an ushrika bika wa ana a’lam wastaghfiruka lima laa a’lam (O Allaah, I seek refuge with You from associating anything with You knowingly, and I seek Your forgiveness for that of which I am unaware).”

Saheeh al-Jaami’, 2876.

Source ...


Tags :

Ahmad 23119, al-Albaani : al-Silsilah al-Saheehah 951, al-Anfaal 8:38, al-Furqaan 25:68-70, al-Tirmidhi 3537, Fataawa al-Lajnah al-Daa’imah 5/317, Fath al-Majeed, greatest of sins, major shirk, minor shirk, Muslim 121, repent from shirk, repent sincerely, Saheeh al-Jaami’ 1425, Saheeh al-Jaami’ 2876

Mengapa Yahudi Bijak

Artikel daripada "Why the jews so smart" by Dr. Stephen Carr LEON.

Setelah berada 3 tahun di Israel kerana menjalani housemanship di beberapa hospital disana, ada beberapa perkara yang menarik dapat saya perhatikan untuk dijadikan tesis ini, iaitu "Mengapa Yahudi Bijak?". Memang tidak dapat dinafikan ramai cendikiawan berbangsa Yahudi, dari segala bidang, Engineering, muzik, saintis dan yang paling hebat ialah bidang perniagaan, di mana ia memang paling tersohor. Hampir 70% perniagaan di dunia dikuasai oleh kaum Yahudi, dari kosmetik, pakaian, pemakanan, senjata, perhotelan, perfileman di Hollywood dan sebagainya.

Ketika tahun kedua, akhir bulan December 1980 dan sedang saya menghitung hari untuk pulang ke California saya terfikir apakah sebabnya kaum Yahudi begitu pintar? Kenapa tuhan memberi kelebihan kepada mereka? Apakah ini suatu kebetulan? Atau olah manusia sendiri? Adakah bijak boleh dijana? Seperti kilang pengeluaran?

Maka saya pun tergerak membuat tesis untuk Phd saya, disamping kebaikan untuk umat sejagat dan dapat hidup secara harmoni. Untuk pengetahuan anda tesis yang saya lakukan ini mengambil masa hampir lapan tahun, ini kerana untuk mengumpulkan data-data yang setepat mungkin. Antara data-data yang saya kumpulkan ialah pemakanan, adat resam, ugama, persiapan awal untuk melahirkan zuriat dan sebagainya dan data data tadi saya cuba bandingkan dengan bangsa dan kaum-kaum lain.

Marilah kita mulakan dengan persiapan awal melahirkan zuriat. Di Israel, setelah mengetahui yang sang ibu sedang mengandung, perkara pertama saya perhatikan ialah, sang ibu akan sering menyanyi dan bermain piano dan si ibu dan bapa akan membeli buku metamatik dan menyelesaikan masalah matematik bersama suami, saya sungguh hairan kerana teman saya yang mengandung sering membawa buku metamatik dan bertanya kepada saya beberapa soalan yang beliau tak dapat menyelesaikanya, oleh kerana saya memang minat tentang matematik, tentu saja dengan senang saya membantu beliau. Saya bertanya kepada beliau, adakah ini untuk anak kamu? Beliau menjawab, "Ya, ini untuk anak saya yang masih di dalam kandungan, saya sedang melatih otak beliau, semoga ia menjadi genius apabila dewasa kelak" Perkara ini membuat saya tertarik untuk mengikut perkembangan beliau seterusnya. Berbalik kepada matematik tadi, tanpa merasa jenuh beliau membuat latihan matematik sehingga beliau melahirkan anak.

Seperkara lagi yang saya perhatikan ialah pemakanan beliau, sejak awal mengandung beliau gemar sekali memakan kacang badam dan korma bersama susu, dan untuk tengahhari makan utama beliau ialah roti dan ikan tanpa kepala bersama salad yang digaul dengan badam dan berbagai jenis kekacang, menurut beliau daging ikan sungguh baik untuk perkembangan otak dan kepala ikan mengandungi kimia yang tidak baik yang dapat merosakkan pengembangan dan penumbuhan otak anak di dalam kandungan. Menurut beliau ini adalah adat orang-orang yahudi ketika mengandung dan ianya menjadi semacam kewajipan untuk kaum ibu yang sedang mengandung mengambil pil minyak ikan.

Ketika saya diundang untuk makan malam bersama orang-orang Yahudi, perkara pertama yang saya perhatikan ialah menu mereka. Setiap undangan yang sama perhatikan ialah mereka gemar sekali memakan ikan (hanya isi atau fillet) dan biasanya daging tidak akan ada bersama di meja jika ada ikan, menurut mereka, campuran daging dan ikan tak elok dimakan bersama. Salad dan kacang adalah suatu kemestian, terutama badam.

Seperkara yang pelik ialah mereka akan memakan buah-buahan dahulu sebelum memakan hidangan utama. Jangan terperanjat jika anda di undang ke rumah Yahudi anda akan dihidangkan buah-buahan dahulu. Menurut mereka, dengan memakan hidangan karbohidrat (nasi atau roti) dahulu kemudian buah-buahan, ini akan menyebabkan kita merasa mengantuk dan lemah dan payah untuk memahami pelajaran di sekolah.

Di Israel, merokok adalah taboo, apabila anda di undang makan di rumah Yahudi, jangan sekali-kali merokok, dan tanpa malu mereka akan menyuruh anda keluar dari rumah mereka dan merokok di luar rumah mereka. Menurut saintis di Universiti Israel, siasatan menunjukkan nikotin dapat merosakkan sel utama pada otak manusia dan akan melekat pada genes, ini bermakna keturunan perokok bakal membawa generasi yang cacat otak (bodoh atau lembab). Ini dianggap suatu penemuan yang dahsyat ditemui oleh saintis yang mendalami bidang genes dan DNA.

Perhatian saya selanjutnya ialah melawati tadika mereka. Pemakanan anak-anak tadi cukup dikawal, makanan awal ialah buah-buahan bersama kacang badam, diikuti dengan menelan pil minyak ikan (code oil lever). Di dalam pengamatan saya, kanak Yahudi sungguh bijak dan rata-rata mereka memahami 3 bahasa iaitu Hebrew, Arab dan Inggeris dan sedari awal lagi mereka telah dilatih bermain piano dan violin, ini adalah suatu kewajipan. Menurut mereka bermain muzik dan memahami nota-notanya dapat meningkatkan lagi IQ kanak kanak dan sudah tentu bakal menjadikan budak itu bijak.

Ini menurut saintis Yahudi, gegaran muzik dapat stimulate (semacam senaman untuk otak) maka itu terdapat ramai sekali genius musik terdiri dari kaum Yahudi.

Seterusnya ke darjah 1 hingga 6, anak-anak Yahudi akan diajar matematik berkonsepkan perniagaan dan pelajaran sains amatlah diberi keutamaan. Di dalam perhatian peribadi saya, perbandingan dengan anak-anak di California, ianya jauh berbeza tentang IQ dan boleh saya katakan 6 tahun kebelakang!!!. Segala pelajaran akan dengan mudah di tangkap oleh anak Yahudi. Selain dari pelajaran tadi sukan juga menjadi kewajipan bagi mereka dan sukan yang diberi keutamaan ialah memanah, menembak dan berlari. Menurut teman saya ini, memanah dan menembak dapat melatih otak memfokus sesuatu perkara di samping mempermudahkan persiapan untuk perhidmatan negara.

Selanjutnya pemerhatian saya menuju ke sekolah tinggi (menengah). Di sini murid-murid ditekan dengan pelajaran mata sains dan mereka digalakkan mencipta produk, segala projek mereka walaupun kadangkala kelihatannya lucu dan mengarut, tetap diteliti dengan serius apatah lagi ianya berupa senjata, perubatan dan engineering, idea itu akan dibawa ke institute tinggi di Politeknik dan Universiti.

Satu lagi yang diberi keutamaan ialah fakulti perniagaan. Saya sungguh terperanjat melihat mereka begitu agresif dan seriusnya mereka tentang perniagaan. Di akhir tahun di universiti, para penuntut di bidang niaga dikehendaki melakukan projek dan mempraktikkannya dan anda hanya akan lulus jika kumpulan anda(10 pelajar setiap kumpulan) dapat keuntungan sebanyak $US1juta! Anda terperanjat? Itulah kenyataan, dengan rangkaian seluruh dunia dan ditaja sepenuhnya oleh syarikat milik Yahudi, maka tidak hairanlah mereka dapat menguasai ½ perniagaan di dunia! Siapakah yg mencipta design Levis yg terkini? Ianya dicipta di Universiti Israel oleh fakulti bisnes dan fesyen.

Pernahkah anda melihat cara orang Yahudi melakukan ibadah mereka? Salah satu caranya ialah dengan menggoyangkan kepala mereka, menurut mereka ini dapat mengaktifkan otak mereka dan menambahkan oksigen di kepala, banyak agama lain di Timur Tengah, seperti Islam juga ada menyuruh umatnya menunduk atau menggoyangkan kepala, ini guna dapat mensimulasikan otak kita supaya bertambah aktif. Lihat orang-orang Jepun, mereka sering menunduk nundukkan kepala dan ianya sebagai adat. Ramai orang-orang Jepun yg pandai? Adakah ianya sebagai kebetulan? Kegemaran mereka ialah sushi (ikan mentah). Adakah ini kebetulan? Fikirkanlah!

Berpusat di New York, Dewan perniagaan Yahudi bersedia membantu mereka yang berminat untuk melakukan bisnes (sudah tentu untuk Yahudi sahaja). Jika mereka ada idea yang bernas, jawatankuasa akan memberi pinjaman tanpa faedah dan pentadbir dari jawatankuasa tadi akan bekerjasama dengan anda untuk memastikan yang perniagaan mereka menurut landasan yang betul. Maka itu lahirlah Starbuck, Dell compter, Cocacola, DKNY, Oracle, Perfileman di Hollywood, Levis, Dunkin Donut dan ada beratus kedai ternama di bawah naungan dewan perniagaan Yahudi di New York. Graduan Yahudi dari fakulti perubatan New York akan disarankan untuk mendaftar di persatuan ini dan digalakkan memulakan klinik mereka sendiri dengan bantuan wang tanpa faedah, barulah saya tahu mengapa hospital di New York dan California sentiasa kekurangan doktor pakar.

Kesimpulanya, pada teori saya, melahirkan anak dan keturunan yang bijak boleh dilaksanakan dan tentunya bukan semalaman, ianya memerlukan masa, beberapa generasi mungkin? Persiapan awal adalah ketika si ibu mengandung, galakkanlah si ibu melakukan latihan metamatik yang mudah tetapi konsisten di samping mendengar muzik klasik. Seterusnya ubahlah cara pemakanan, makanlah makanan yang elok dan berhasiat yang baik untuk otak, menghayati musik sejak kecil adalah baik sekali untuk penumbuhan otak kanak-kanak, dengan bermain piano dan violin sudah tentu dapat melatih anak-anak mencerdaskan otak mereka demikian juga sukan yang memerlukan konsetrasi yang tinggi, seperti memanah, bola keranjang, dart dan menembak.

Merokok menjanjikan generasi yang moron (bodoh) dan sudah tentu genes bodoh akan mengikut ke generasi si perokok. Lawatan saya ke Singapore pada tahun 2005 amat memeranjatkan sekali, di sini perokok seperti dianaktirikan dan begitu susah sekali untuk perokok dan anda tahu berapa harga sekotak rokok? US$7 !!! ini bersamaan perbelanjaan sehari untuk makan anda!! Saya puji sekali sikap pemerintah Singapore dan menakjubkan sekali!!! dan seperti Israel ianya begitu taboo dan cara pentadbiran dan segi pembelajaran mereka hampir serupa dengan Israel, maka itu saya lihat banyak institusi pelajaran mereka bertaraf dunia walaupun hakikatnya negeri Singapore hanyalah sebuah pulau sebesar Manhattan!!

Anda mungkin muyskil, benarkah merokok dapat melahirkan generasi bodoh, saya telah menemui beberapa bukti menyokong teori ini. Lihat saja Indonesia, jika anda ke Jakarta, di mana saja anda berada, dari restoran, teater, kebun bunga hingga ke muzium hidung anda akan segera terbau asak rokok! Dan harga rokok? Cuma US$ .70cts !!! dan hasilnya? Dengan penduduknya berjumlah jutaan orang berapa banyakkah universiti terdapat disana? Hasil apakah yang dapat dibanggakan? Teknologi? Jauh sekali. Adakah mereka dapat berbahasa selain dari bahasa mereka sendiri? Mengapa mereka begitu sukar sekali menguasai bahasa Inggeris? Di tangga berapakah kedudukan mereka di pertandingan metamatik sedunia? Adakah ini bukan akibat merokok? Anda fikirlah sendiri.

Di tesis saya ini, saya tidak akan menimbulkan soal ugama atau bangsa, adakah Yahudi itu zalim sehingga diusir dari semenjak zaman Firaun hingga ke Hitler, bagi saya itu isu politik dan survival, yang ingin saya ketengahkan ialah, mampukah kita dapat melahirkan jenerasi yang bijak? Jawapannya ialah mungkin dan tidak mustahil dan ianya memerlukan perubahan, dari segi pemakanan dan cara mendidik anak dan saya kira hanya memerlukan 3 generasi sahaja. Ini dapat saya lihat sendiri tentang cucu saya, ini setelah saya mengajar anak saya melalui program yang telah saya nyatakan di atas tadi, pada umur 9 tahun (cucu saya) dia dapat menulis esei sepanjang 5 mukasurat penuh. Eseinya hanyalah mengenai 'Mengapa saya gemarkan tomato'!

Selamat sejahtera dan semoga kita dapat melahirkan manusia yang bijak dan bersifat mulia untuk kebaikan manusia sejagat tanpa mengenal batasan bangsa.


Tags :

bantuan wang tanpa faedah, campuran daging dan ikan, cendikiawan bangsa Yahudi, daging ikan, generasi yang cacat otak, ikan mentah, ikan tanpa kepala, kacang badam, kepala ikan, keturunan perokok, keturunan yang bijak, korma, makanan awal, matematik berkonsepkan perniagaan, melahirkan anak, melahirkan jenerasi yang bijak, melahirkan zuriat, melatih otak, memahami 3 bahasa, memahami pelajaran, memakan buah-buahan dahulu, menambahkan oksigen, mencerdaskan otak, mencipta produk, mengaktifkan otak, mengapa Yahudi bijak, menggoyangkan kepala, meningkatkan IQ, menyelesaikan masalah matematik, merasa mengantuk, merokok adalah taboo, merokok di luar rumah, nikotin, nikotin melekat pada genes, nikotin merosakkan sel otak, perkembangan otak, persiapan awal, piano dan violin, pil minyak ikan, salad dan kacang, susu

Kind and Love Towards a Children

The Holy Prophet (Peace be on him) was very kind to children and love them. He would stroke their heads out of love and would pray for their good in life. Whenever the children came near to him he would pick them up in his arms and fondle them with great love. Sometimes he would bring out his tongue before the child and the child would become cheerful and laugh. If he was lying down, he would make a child sit on the soles of his feet or on his chest. If several children were there, he would make them fall in a row and would himself sit stretching out his arms and would say, "Run up to me, who touches me first, will get a prize." The children would come running to him. Some would fall on his chest, some would fall on his belly. He would embrace them and kiss them.

[Khasail Nabawi]


Whenever the Holy Prophet passed by children, he would salute them, put his hands on their heads and pick up the small ones in his arms. On seeing a mother loving her baby, he would be deeply affected. When discussing mother's love he would say,
"whomsoever Allah favours with children and he loves them as also fulfills his obligations towards them, then he would remain safe from the hell fire."
If while returning from a journey, the Holy Prophet (Peace be on him) met children on the way, he would pick them up affectionately and get them seated before or behind himself on his mount. Children also loved him much. No sooner than they saw him, they would run up to him. He would pick up each one of them, kiss him and give him something like dates or fresh fruits or some other nice thing to eat. If the baby of a woman saying prayer in his leadership started crying he would shorten the prayer in order to relieve the mother from her distraction.
[Khasail Nabawi]
Source : The Life and the Teachings of the Holy Prophet Muhammad (Peace be upon him) by Maulana Dr. Muhammad Abdul Hai, B.A. LL.B (ALIG) and Maulana Ashraf Ali Tanwi, pg. 95 - 96.


Tags :

adab imam, adab mengimami solat, adab of leading a solat, affection towards a children, Allah favours, children, distraction in solat, embrace a children, fulfilling their obligations, Khasail Nabawi, kind to children, kiss a children, leading of solat, love a children, love and affection, Maulana Ashraf Ali Thanwi, Muhammad Abdul Hai, obligations towards children, relieve from distraction in solat, safe from the hell fire, salute a children, shorten a prayer, shorten the prayer

Hadith - Setiap Perkataan Akan Dipersoal

Dari Hasan rahmatullah 'alaih meriwayatkan bahawa Rasulullah s.a.w. telah bersabda:

"Jika seseorang hamba berucap, maka Allah S.W.T. pasti akan menyoalnya tentang ucapannya itu, bahawa apakah niat dan tujuan ucapannya itu."
Ja'far rahmatullah 'alaih berkata: Hadrat Malik bin Dinar rahmatullah 'alaih bilamana menceritakan hadith ini, maka dia akan menangis sehingga terputus-putus suaranya. Kemudian dia akan berkata: Orang menyangka bahawa dengan menceritakan hadith ini mata aku akan sejuk. Yakni aku akan gembira dengan menceritakan hadith ini. Aku tahu Allah S.W.T. pasti akan menyoalku: Apakah tujuan dan niat kamu dalam menceritakan hadith ini.

[Baihaqi]


Tags :

Baihaqi, fitnah, Hasan, Ja’far, Malik bin Dinar, umpat

Sebab Kencing Bayi Lelaki Menjadi Najis Mukhaffafah

Syariat telah membezakan air kencing bayi lelaki dan bayi perempuan bukanlah kerana diskriminasi gender namun ianya adalah ftrah semula jadi yang terkandung hikmah.

Antaranya :-

a) Kencing bayi lelaki pada umumnya lebih cair (tidak pekat) dari kencing bayi perempuan.

b) Bayi lelaki biasanya lebih banyak ingin didukong berbanding dengan bayi perempuan

c) Asal kejadian lelaki dari air dan tanah basah (Adam) manakala perempuan dari daging dan darah (Hawa)

d) Umur baligh bagi anak lelaki dengan air suci (air mani). Manakala umur baligh anak perempuan dengan air suci (air mani) dan juga air najis (darah haid).

Atas sebab-sebab di atas maka syariat telah menentukan bahawa air kencing bayi lelaki tergulong di dalam ketegori Najis Ringan.

(Al-Bajuri : 1/103 dan As-Syarqawi : 1/129)

Sumber : hambalialorstari.blogspot.com

Ceramah - Maulana Ehsan

Manusia hidup di dunia bukan untuk tinggal tetapi untuk pergi. Tidak ada seorang pun yang akan tinggal di dunia. Manusia sebenarnya berpindah dari satu alam ke satu alam yang lain. Dari alam rahim ibu ke alam dunia dan seterusnya ke alam kubur. Di alam kubur mereka akan menunggu sehingga 50,000 tahun hingga hari kiamat.

Keadaan manusia selepas mati berbeza-beza. Ada setengahnya mendapat kenikmatan dan ada yang menerima azab yang sangat pedih. Bagi orang yang hidup di dunia tanpa mengindahkan perintah Allah, mereka menerima azab yang tidak terperi. Bagi orang yang di dunia ini menundukkan hawa nafsunya dan mengikut perintah Allah, maka Allah akan 'ikram' kepada mereka dengan kehidupan yang penuh kenikmatan sehingga manusia tidak boleh mengira nikmat-nikmat Allah. Allah berfirman yang maksudnya,
"Wahai hambaKu, rasailah nikmat-nikmat Aku. Hamba-hamba itu berkata, 'apa lagi nikmat yang hendak Kamu beri ya Allah, di sisi kami masih banyak lagi nikmat-nikmat untuk kami."
Sumber : Petikan dari Bayan Asar oleh Maulana Ehsan


Tags :

azab, azab yang pedih, bayan, berpindah alam, ceramah, dunia ke kubur, hidup dalam kubur, ikram, ikut nafsu, ikut perintah Allah, keadaan selepas mati, kira nikmat Allah, kubur 50000 tahun, maksud hidup, Maulana Ehsan, mengikut perintah Allah, menundukkan hawa nafsu, menunggu 50000 tahun, nikmat, penuh kenikmatan, rahim ke dunia, tekan nafsu, tujuan hidup, tunggu dalam kubur

Hadith - The virtues of Prophet Muhammad s.a.w.

Hadhrat Umar (R.A) narrated that the dear Prophet (saw) said,

"When Hadhrat Adam (A.S) committed the original sin he prayed to Allah 'In the name of Muhammad (saw), please forgive me'. Allah asked, ' And how do you know Muhammad (saw)?' Adam replied, 'Because when You created me with Your own hands, and blew Your Ruh into me, I looked up at the pillars of the Arsh (throne) and I saw 'La illaha illallah Muhammad ur Rasool Allah' written there. And I knew that you would not couple your name with anyone except the most beloved of Your creation.' Allah replied, 'O Adam, you are correct. For if it wasn't for Muhammad (saw) I would not have created you'."
[Hakim, Baihaqi and at-Tabaraani, Abu Naeem, and Ibn Asaakir]


Tags :

Abu Naeem, Adam, Arsh, at-Tabaraani, Baihaqi, Hakim, Ibn Asaakir, Muhammad, original sin, pillars of the Arsh, Ruh, sin, throne, Umar, virtues of Prophet Muhammad

Hadith - Kelebihan Orang Miskin Daripada Orang Kaya

Dari Jabir bin Abdullah r.a. meriwayatkan bahawa baginda Rasulullah s.a.w. bersabda,
"Seorang muslim yang fakir akan memasuki syurga empat puluh tahun terlebih dahulu daripada seorang muslim yang kaya."
[at-Tirmidhi]
Dari Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahawa baginda Rasulullah s.a.w. bersabda,
"Orang-orang fakir akan memasuki syurga terlebih dahulu daripada orang-orang kaya dengan kadar setengah hari. Dan setengah hari bersamaan lima ratus tahun."
[at-Tirmidhi]
Dari Abdullah bin Umar r.huma. meriwayatkan bahawa baginda Rasulullah s.a.w. bersabda,
"Pada hari kiamat kelak akan dihimpunkan sekalian manusia dan akan diseru kepada mereka: Dimanakah orang-orang fakir dan miskin di kalangan umat ini? Nabi bersabda: Mereka semua akan bangun dan dikatakan kepada mereka: Apakah yang engkau amalkan? Mereka akan menjawab: Wahai Allah! Engkau telah menguji kami (dengan kemiskinan) namun kami tetap bersabar. Engkau telah memberikan harta dan pemerintahan kepada orang selain daripada kami. Allah berfirman: Kamu bercakap benar! Rasulullah s.a.w. bersabda: Lantas mereka dimasukkan ke dalam syurga terlebih dahulu daripada orang lain. Dan tinggallah mereka dengan penghisaban yang keras di kalangan orang-orang yang kaya dan para pemerintah."
[Ibnu Hibban]


Tags :

500 tahun, Abdullah bin Umar, Abu Hurairah, At-Tirmidhi, bersabar, fakir, harta, harta dihisab, hisab yang keras, Ibnu Hibban, Jabir bin Abdullah, kaya, kemiskinan, kiamat, lima ratus tahun, masuk syurga dahulu, memasuki syurga awal, Muslim, muslim yang fakir, muslim yang kaya, orang fakir, orang kaya, orang kaya dihisab, para pemerintah, pemerintahan, penghisaban keras, penghisaban yang keras, peringatan untuk si kaya, setengah hari, skim cepat kaya, syurga, tetap bersabar, ujian kemiskinan

Hadith - Kedudukan Seorang Muslim

Dari Aishah r.ha. meriwayatkan bahawa baginda Rasulullah s.a.w. memerintahkan kami supaya melayani orang mengikut kedudukan mereka.

[Muslim]

Dari Ibnu Abbas r.huma. meriwayatkan bahawa satu ketika baginda Rasulullah s.a.w. melihat ke arah ka'abah lantas bersabda,
"(Dengan rasa takjub) Lailaha illallah. (Wahai Ka'abah!) Betapa sucinya engkau! Betapa wanginya bauanmu, dan betapa tingginya kehormatanmu (tetapi) kehormatan seorang mukmin adalah lebih tinggi daripada kehormatanmu. Sesungguhnya Allah menjadikanmu dengan penuh kehormatan, (begitu juga) dengan harta seorang mukmin, darahnya dan kehormatannya yang tinggi dan patut dimuliakan. (Oleh kerana itu) maka haram seseorang itu bersangka buruk kepada seorang muslim yang lain."
[at-Tobarani]

Hadith berkaitan :


Tags :

Aishah, at-Tobarani, berani mati, bersangka buruk, caci-maki sesama umat, darah seorang mukmin, haram, harta seorang mukmin, Ibnu Abbas, ka’abah, kedudukan, Kedudukan seorang Islam, kehormatan, kehormatan seorang mukmin, melayani orang, membunuh, membunuh seorang mukmin, memfitnah seorang mukmin, mencaci sesama muslim, mencaci sesama sendiri, menghina sesama seagama, mengumpat, mengumpat seorang mukmin, mengutuk seorang mukmin, mengutuk seorang muslim, mercerca sesama muslim, mulia, Muslim, parti politik

Hadith - Kesusahan dan Kesabaran Rasulullah s.a.w. Berdakwah_Fortitude and Perseverance

Dari Anas r.a. bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda,

"Kerana (mendakwahkan) agama, aku telah ditakut-takutkan yang mana tidak ada seorang pun yang ditakut-takutkan seperti itu, dan aku telah disakiti hingga tiada siapa yang disakiti seperti ini. Telah berlalu tiga puluh malam dan tiga puluh siang berturut-turut dalam keadaan tidak ada makanan sedikit pun yang boleh dimakan oleh benda bernyawa kecuali kadar yang boleh disembunyikan oleh ketiak Bilal. Yakni kadar yang terlalu sedikit."
[at-Tirmidhi]
Anas (Allah be pleased with him) has related that the Holy Prophet (Peace be on him) said,
"In the Path of Allah I have been daunted and threatened more than any one else, and also I have been tortured more than any one else. Once I had to pass thirty days and nights in such dreadful want that Bilal and I had nothing that any living being would eat, except what little Bilal had kept hidden under his arm."
[Ma'ariful-Hadis, Shama'il Tirmidhi]

Tags :

Anas, At-Tirmidhi, Bilal, dakwah, daunted, disakiti, ditakut-takutkan, dreadful want, Fortitude, Kesabaran, Kesabaran Rasulullah, Kesusahan, Kesusahan Rasulullah, ketiak Bilal, Ma’ariful-Hadis, Path of Allah, Perseverance, realiti da’awah Rasulullah, reality in da’awah, Shama’il Tirmidhi, terlalu sedikit, thirty days, thirty nights, threatened, tidak ada makanan, tiga puluh malam, tiga puluh siang, tortured

Hadith - 10 Wasiat Rasulullah s.a.w. kepada (to) Mu'az bin Jabal

Mu'az bin Jabal berkata,

"Rasulullah s.a.w. telah mewasiatkan kepada saya mengenai sepuluh perkara. (1)Jangan menyengutukan Allah dengan sesuatu apapun walaupun kamu akan dibunuh atau dibakar. (2)Jangan kamu menderhakai kedua-dua ibu bapa kamu meskipun mereka menyuruh kamu berpisah dengan isteri dan harta-benda kamu. (3)Janganlah kamu meninggalkan solah fardhu dengan sengaja kerana sesungguhnya sesiapa yang meninggalkan solah dengan sengaja maka dia terlepas daripada tanggungjawab Allah S.W.T. (4)Jangan sekali-kali minun arak kerana perbuatan ini adalah punca segala maksiat. (5)Jauhilah diri kamu daripada perbuatan maksiat kerana perbuatan ini akan menyebabkan kemurkaan Allah S.W.T. (6)Jangan lari dari medan pertempuran walaupun semua rakan kamu telah terbunuh. (7)Jangan berpindah dari tempat berlakunya kematian akibat wabak yang sedang merebak seperti taun dan sebagainya. (8)Belanjalah untuk keluarga kamu mengikut kemampuan kamu. (9)Jangan kamu mengelak daripada merotani anak-anak sebagai amaran supaya mereka berakhlak baik. (10)Takutkan mereka (anak-anak) kepada Allah S.W.T."
[Ahmad dan at-Tabaraani]
Rasulullah s.a.w. juga pernah bersabda,
"Tidak ada sesuatu pemberian hadiah yang lebih baik daripada seorang bapa kepada anaknya melainkan mengajar budi pekerti yang baik kepada mereka."
Ma'az bin Jabal (Radhiallaho anho) narrates:
"The Prophet (Sallallaho alaihe wassallam) enjoined upon me ten things, viz, 'Do not ascribe anything as partner to Allah, though you may be slain or burnt alive; do not disobey your parents, though you may have to part with your wife or your entire wealth; do not neglect Fardh Salaat intentionally, for Allah is free from obligation to a person who neglects Fardh Solaat intentionally; do not take wine, for it is the root of every vise; do not commit disobedience of Allah, for that brings the warth of Allah. Do not turn your back to the enemy in battle, though all your comrades may have fallen. Do not fly from the locality where an epidemic has broken out. Do spend on your family members according to your capicity; let your stick be hanging over them, as a warning and to chastise them against neglect of their duties towards Allah."
[Ahmad and at-Tobarani]
The Prophet (Sallallaho alaihe wassallam) said,
"No father can bestow anything better on his children than to teach them good manners."

Tags :

10 wasiat Rasulullah, Ahmad, amaran supaya berakhlak, at-Tabaraani, battle, Belanja untuk keluarga, berakhlak baik, berpisah dengan isteri, bestow, budi pekerti, burnt alive, chastise, commit disobedience of Allah, comrades, dibakar, dibunuh, disobey your parents, enemy, epidemic, epidemic has broken out, free from obligation, good manners, hadiah, hadiah yang baik, hanging stick, harta-benda, Jangan berpindah, Jangan minun arak, Jauhi perbuatan maksiat, kematian akibat wabak, Kemurkaan Allah, lari dari medan, lari dari pertempuran, Ma’az bin Jabal, menderhakai kedua ibubapa, mengajar budi pekerti, mengikut kemampuan, meninggalkan solah fardhu, menyengutukan Allah, merotani anak-anak, Mu’az bin Jabal, neglect Fardh Salaat, neglect of duties, neglect salaat intentionally, part with wealth, part with wife, partner to Allah, punca segala maksiat, rakan kamu terbunuh, root of every vise, sengaja meninggalkan solah, sepuluh perkara, slain, spend on your family, stick, take wine, Takut kepada Allah, takutkan Allah, tanggungjawab Allah, taun, ten things, turn your back, warning, warth of Allah, wasiat, wasiat kepada Mu’az

Logiknya Solat dalam Sudut Pandangan Sains


Seorang professor fizik di Amerika Syarikat telah membuat satu kajian tentang kelebihan solat berjemaah yang disyariatkan dalam Islam. Katanya tubuh badan kita mengandungi dua cas elektrik iatu cas positif dan cas negatif. Dalam aktiviti harian kita sama ada bekerja, beriadah atau berehat, sudah tentu banyak tenaga digunakan.

Dalam proses pembakaran tenaga, banyak berlaku pertukaran cas positif dan cas negatif, yang menyebabkan ketidakseimbangan dalam tubuh kita. Ketidakseimbangan cas dalam badan menyebabkan kita rasa letih dan lesu setelah menjalankan aktiviti seharian. Oleh itu cas-cas ini perlu diseimbangkan semula untuk mengembalikan kesegaran tubuh ke tahap normal.

Berkaitan dengan solat berjemaah, timbul persoalan di minda professor ini mengapa Islam mensyariatkan solat berjemah dan mengapa solat lima waktu yang didirikan orang Islam mempunyai bilangan rakaat yang tidak sama. Hasil kajiannya mendapati bilangan rakaat yang berbeza dalam solat kita bertindak menyeimbangkan cas-cas dalam badan kita.

Semasa kita solat berjemaah, kita disuruh meluruskan saf, bahu bertemu bahu dan bersentuhan tapak kaki. Tindakan-tindakan yang dianjurkan semasa solat berjemaah itu mempunyai berbagai kelebihan. Kajian sains mendapati sentuhan yang berlaku antara tubuh kita dengan tubuh ahli jemaah lain yang berada di kiri dan kanan kita akan menstabilkan kembali cas-cas yang diperlukan oleh tubuh. Ia berlaku apabila cas yang berlebihan - sama ada negatif atau positif akan dikeluarkan, manakala yang berkurangan akan ditarik ke dalam kita. Semakin lama pergeseran ini berlaku, semakin seimbang cas dalam tubuh kita.

Menurut beliau lagi, setiap kali kita bangun dari tidur, badan kita akan merasa segar dan sihat setelah berehat berapa jam. Ketika ini tubuh kita mengandungi cas-cas positif dan negatif yang hampir seimbang. Oleh itu, kita hanya memerlukan sedikit lagi proses pertukaran cas agar keseimbangan penuh dapat dicapai. Sebab itu, solat Subuh didirikan 2 rakaat.

Seterusnya, setelah sehari kita bekerja kuat dan memerah otak semua cas ini kembali tidak stabil akibat kehilangan cas lebih banyak daripada tubuh. Oleh itu, kita memerlukan lebih banyak pertukaran cas. Solat jemaah yang disyariatkan Islam berperanan untuk memulihkan keseimbangan cas-cas berkenaan. Sebab itu, solat Zohor didirikan 4 rakaat untuk memberi ruang yang lebih kepada proses pertukaran cas dalam tubuh.

Situasi yang sama turut berlaku di sebelah petang. Banyak tenaga dikeluarkan ketika menyambung kembali tugas. Ini menyebabkan sekali lagi kita kehilangan cas yang banyak. Seperti mana solat Zohor, 4 rakaat solat Asar yang dikerjakan akan memberikan ruang kepada proses pertukaran cas dengan lebih lama.

Lazimnya, selepas waktu Asar dan pulang dari kerja kita tidak lagi melakukan aktiviti-aktiviti yang banyak menggunakan tenaga. Masa yang diperuntukkan pula tidak begitu lama. Maka, solat Maghrib hanya dikerjakan sebanyak 3 rakaat adalah lebih sesuai dengan penggunaan tenaga yang kurang berbanding 2 waktu sebelumnya.

Timbul persoalan di fikiran professor itu tentang solat Isyak yang mengandungi 4 rakaat. Logiknya, pada waktu malam kita tidak banyak melakukan aktiviti dan sudah tentu tidak memerlukan proses pertukaran cas yang banyak. Setelah kajian lanjut, didapati terdapat keistimewaan mengapa Allah mensyariatkan 4 rakaat dalam solat Isyak. Kita sedia maklum, umat Islam amat digalakkan untuk tidur awal agar mampu bangun menunaikan tahajjud di sepertiga malam. Ringkasnya, solat Isyak sebanyak 4 rakaat itu akan menstabilkan cas dalam badan serta memberikan tenaga untuk kita bangun malam (qiamullail).

Dalam kajiannya, professor ini mendapati bahawa Islam adalah satu agama yang lengkap dan istimewa. Segala amalan dan suruhan Allah Taala itu mempunyai hikmah yang tersirat untuk kebaikan umat Islam itu sendiri. Beliau merasakan betapa kerdilnya diri dan betapa hebatnya Pencipta alam ini. Akhirnya, dengan hidayah Allah beliau memeluk agama Islam.

Sekian untuk renungan kita bersama,petikan dari:
Sumber : http://www.pmn.gov.my/terengganu/TAZKIRAHindex.htm

Tags :

2 rakaat, 3 rakaat, 4 rakaat, agama yang lengkap, aktiviti seharian, Amerika Syarikat, Asar, bahu bertemu bahu, bangun, bangun dari tidur, bangun malam, bekerja, berehat, beriadah, bersentuhan tapak kaki, cas elektrik, cas negatif, cas positif, fizik, Isyak, kelebihan, kesegaran tubuh, Ketidakseimbangan cas, ketidakseimbangan dalam tubuh, lesu, letih, Maghrib, meluruskan saf, memberikan tenaga, memerah otak, memulihkan keseimbangan cas, menstabilkan cas, menyeimbangkan cas, pembakaran tenaga, pergeseran, pertukaran cas, qiamullail, rakaat, riadah, saf, segar, sepertiga malam, sihat, solat, solat berjemaah, solat lima waktu, Subuh, tahajjud, tahap normal, tidur, Zohor

Hadith - Kebaikan Yang Boleh Dilakukan Setelah Kematian Bapa

Dari Abdullah bin Umar r.a.huma berkata, aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Kebaikan yang paling besar selepas kematian bapa, ialah berbuat baik kepada orang yang ada hubungan dengan bapanya."
[Muslim]

Dari Abdullah bin Umar r.a.huma berkata, aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa yang mahu supaya menjalin hubungan silaturrahmi dengan bapanya yang telah berapa di dalam kubur, hendaklah dia menghubungi saudara-mara bapanya dengan baik selepas kematiannya."
[Ibnu Hibban]

Tags :

Abdullah bin Umar, Ibnu Hibban, kematian bapa, kubur, Muslim, Saudara-mara, saudara-mara bapa, Silaturrahmi

Hadith - Keredhaan Bapa dan Pintu Syurga Paling Baik

Dari Abu Darda r.a. meriwayatkan bahawa baginda Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Bapa ialah di antara pintu-pintu syurga yang paling baik sekali. Bagimu terdapat pilihan samada kamu (menderhakainya dan kamu) merosakkan pintu tersebut atau (kamu mentaati dan menyukakannya), kamu telah menjaga pintu tersebut."
[at-Tirmidhi]

Dari Abdullah bin Umar r.a.huma meriwayatkan bahawa nabi s.a.w. bersabda:
"Keredhaan Allah ialah di dalam keredhaan bapa, dan kemurkaan Allah ialah di dalam kemarahan bapa."
[at-Tirmidhi]

Tags :

Abdullah bin Umar, Abu Darda, At-Tirmidhi, bapa, kemarahan bapa, Kemurkaan Allah, keredhaan Allah, keredhaan bapa, menderhakai bapa, mentaati bapa, merosakkan pintu, pintu syurga

Hazrat Maulana Ilyas (ra), Tablighi Jama'ah, and the 'Ulama

By Maulana Muhammad Aslam Shaikhupuri (db)

It was an ache that it distressed him all the time; he couldn't eat, he couldn't sleep. was a worry that had engulfed all other worries; it was a topic, the explanation and elucidation of which took up all energies of his tongue and pen to the extent that writing on any other subject was a trial for him. He had written to Shaykh al-Hadith Maulana Zakariyya (ra), "My heartfelt desire is that at least my brain, thought, time, and energy should be limited to nothing but this work." He used to say, "How can any other occupation be lawful for me when I see that the soul of Rasulullah (sallallahu 'alaihi wasallam) is distressed (because of the weakness of the Muslims' faith and the supremacy of kufr)?" One day an attendant complained that he saw a lack of attention and affection in his behavior as previously compared. He replied, "I am very busy; I feel that Rasulullah (sallallahu 'alaihi wasallam) is in distress; I cannot pay attention to anything else."

He did not attend gatherings where there was little chance of putting forward his message; he disliked going for the sake of an obligation only. He used to say, "If you go to a place, go with your message and put it forward, keep your invitation above anything."

Once in Delhi, he had to perforce attend a wedding ceremony of an acquaintance. He addressed the gathering at the wedding thus, "Today is the happiest of days for you when even the lowliest is pleased; it is not done to displease even the sweeperess………tell me! Do you have any concern of pleasing Rasulullah (sallallahu 'alaihi wasallam)?" then he explained that the endeavor to revive the Deen brought by Rasulullah (sallallahu 'alaihi wasallam) was the greatest way to please him (sallallahu 'alaihi wasallam).

This fine references are of the founder of the Tablighi Jama'ah, Maulana Muhammad Ilyas (Noorullah Marqadahu), who adored calling to the Faith to such extent that all other sensory pleasures and opinions were dimmed before them; this spiritual pleasure had become sensory and natural for him.

Once, Maulana had defined Ishq (adoration) as such: "The pleasures and interests of man that are divided between so many things come out and converge at one point. This is Ishq." This definition was personified in the Maulana himself. He used to sob and cry on the departure of the Ummah from its Deen. Sometimes he used to writhe in pain, sigh, sob, and complain, "O Allah! What else should I do? I am not doing enough." Sometimes he used to turn agonizingly on his bed, then get up and pace the room. One night his wife at last asked him, "What is the matter? Can you not sleep?" he answered, "What can I tell you? If you get to know what I do then the waking ones will become two."

The result of this heart ache and dedication to his aim was that in just a few years, the ache that had bothered one breast caught fire in hundreds. The Mewatis who had become half Hindu despite being called Muslims, who celebrated many of the Hindu festivals, whose villages rarely had a mosque in them, who even used to kill their newborns; suddenly, little beacons of light sprung up in the same Mewati dwellings. Mosques were built, religious schools and Madaaris mushroomed, the number of Huffaz exceeded hundreds, and there was a good number of qualified 'Ulama. The birth of the love of Imaan extinguished the following of kufr. The customs and traditions that had come to be a way of life for them began to be eradicated. An experienced Mewati explained this in a very clear manner when he was asked what was happening in his area. He said, "I don't know anything else; what I do know is some things for which we used to strive and they did not happen, are happening on their own; some things which we tried to stop with battles and great endeavor and did not stop, are being stopped on their own."

Hazrat Maulana Muhammad Ilyas (ra) had a keen concern that if the 'Ulama did not overlook the preaching and this task was left to the common man alone, it would develop lots of flaws. His wish was for the educated 'Ulama to take an interest in this task and use their God gifted talents for the propagation of this work. Because most of his life Maulana had been associated to learning, he knew intimately the pursuits of the Madaaris, its teachers, and students. He wanted them to join hands with this work of calling to God but he also wanted a way out that would help those of the Madaaris in their learning but not interfere with it. He writes, "Deen can progress and develop according to the progress and development of learning, and under the progress and development of learning. It would be the greatest of losses if my movement caused any set back to learning. I do not mean by Tabligh to prevent or hurt progress towards learning…"

He used to council the groups going in the way of Allah for Tabligh to sit and learn from the gatherings of elders with the intention of improving oneself, and never to mention their own work in their presence. If the elders asked anything of their own accord, well and good; otherwise they were to keep silent. He wrote to Shaykh al-Hadith Maulana Zakariyya (ra), "I have an old wish, that these groups benefit from the Khanqahs, keeping to all the manners of Khanqahs, and that the missionary work be done in particular timings in surrounding villages. (Please) make a plan concerning this after council with the coming groups. This humble person is also overwhelmed with the wish to attend with some companions; I am also thinking of Deoband and Thana Bhawan."

Hakim al-Ummah, Hazrat Maulana Ashraf Ali at-Thanwi (ra) was of the opinion that when 'Ulama educated for eight to ten years failed to solve some matters when on mission work, what would the ignorant Mewatis do without any formal education and training? His cautious and farsighted nature was unsatisfied and he feared some harm would come out of it. But when he received continuous news that the groups were working under supervision of the 'Ulama and getting guidance from them, and that they did not mention anything for which they were not allowed, he became satisfied.

The founder of the Jama'ah always tried to link the workers of Tabligh to the 'Ulama. He used to stress the importance of 'Ulama, the need to benefit from them, the rewards of meeting them, and used to teach the manners of talking to them. He used to educate the workers to take the best possible explanation of things they did not understand and keep their faith in the scholars. The results of this effort became apparent when those big businessmen who were against the 'Ulama started attending their gatherings with respect and reverence and invited them for discourses to their congregations. They did not have the condition that only those 'Ulama would give talks who had spent time in the Jama'ah; all authentic and righteous 'Ulama were invited.

The connection of Shaykh al-Islam Maulana Husain Ahmad al-Madani (ra) with politics was no secret, but he often gave discourses in gatherings although he had not spent any formal time in the Jama'ah. Shaykh Maulana Abul Hasan Ali an-Nadwi (ra), who was the heart and soul of Nadwah al-Ulama - and who is unaware of the barrier between the Nadwah and the rest of the Madaaris because of its special ambiance and isolation of some of its founders - his dealing with the founder of the Jama'ah was totally different. Hazrat Maulana Ilyas (ra) respected and loved all 'Ulama and so he did Maulana Abul Hasan Ali an-Nadwi (ra), and gave importance to his advise.

One day Maulana Abul Hasan Ali an-Nadwi (ra) said that although the Nadwah had always extended an affectionate hand towards the people of Deen, they had seldom had a positive response. Thank God that he, Maulana Ilyas (ra), had been loving towards them. Tears ran down Maulana's face and he said, "What are you saying? Your Jama'ah is that of Deen; I am not in favour of leaving out even the people from Aligarh." Besides Maulana Abul Hasan Ali an-Nadwi (ra), Hazrat Maulana Manzoor Ahmad Nu'mani (ra) was also among Maulana's close associates. Hazrat Maulana Abdul Qadir Raipuri (ra) was also a frequent visitor.

Not even a blind person can deny the fruit born by the whole world seems in a stir by its blessing, millions of people have been reformed by joining it; but despite all this, there is a need for guidance from the 'Ulama at each step. God forbid, if a rift is created between the Jama'ah and the 'Ulama, and the 'Ulama are made to follow the Jama'ah instead of the other way round, it will have grave results for the religious circles.

Original article is entitled Tablighi Jamat and the Ulama.
Courtesy of Darsequran.com

Source : at-Talib

More articles :


Tags :

‘Ulama, adoration, Aligarh, authentic, Biography of Maulana Ilyas, calling to the Faith, celebrated Hindu festivals, common man, dedication, Deen, Delhi, Deoband, flaws, gatherings of elders, God gifted talents, Hakim al-Ummah, half Hindu, heart ache, Hindu, Hindu festivals, Huffaz, Imaan, improving oneself, Khanqahs, kill their newborns, Madaaris mushroomed, Maulana Abdul Qadir Raipuri, Maulana Abul Hasan Ali an-Nadwi, Maulana Ashraf Ali Thanwi, Maulana Husain Ahmad al-Madani, Maulana Manzoor Ahmad Nu’mani, Maulana Muhammad Aslam Shaikhupuri, Maulana Muhammad Ilyas, Maulana Muhammad Zakariyya, Mewatis, Muslim, Nadwah al-Ulama, pleasing Rasulullah, Rasulullah s.a.w., religious schools, revive the Deen, righteous, Shaikh al-Hadith, Tabligh, Tablighi Jama’ah, Thana Bhawan, the soul of Rasulullah, the supremacy of kufr, weakness of the Muslim

 
 
 

Payment for books thru PayPal

Nama Produk
Pilihan Serahan

Payment thru Bank Transfer

Nama:
Email Address:
Produk Pesanan dan Jumlah Harga dibayar.
Pilihan Serahan Produk
Bank transfer shj. CIMB : 0106-0000100-20-5
Maybank : 151016003450

Form provided by Freedback.
 
Copyright © 8 | Lan