Offering gifts to some women on Christmas

Monday, January 17, 2011

There is a common practice here in the west, that at christmas time some non-muslims, young and old, get together and gather all of their names, put them in a hat and have all of the names mixed up, then each person choses the name of another person who they will give a gift to on christmas day. This is called chris kringle. This basic idea was taken on by a group of sisters last year and now they want to take this practise on this year also for the end of eid. All that the practice consists of, is each sister randomly assigned another sister for whom she must buy a gift of a set value ($20 ). Some of the sisters invloved believe that this practsie is tashabu of the kufar, is this correct?

Ruling on celebrating non-Muslim holidays and congratulating them

Can a muslim celebrate a non muslim holiday like Thanksgiving?

Praise be to Allaah.
Greeting the kuffaar on Christmas and other religious holidays of theirs is haraam, by consensus, as Ibn al-Qayyim, may Allaah have mercy on him, said in Ahkaam Ahl al-Dhimmah: "Congratulating the kuffaar on the rituals that belong only to them is haraam by consensus, as is congratulating them on their festivals and fasts by saying ‘A happy festival to you’ or ‘May you enjoy your festival,’ and so on.

Accepting a gift from a kaafir on the day of his festival

My neighbour is an American Christian, and she and her family brought me a gift when it was Christmas. I could not refuse the gift, lest she be offended. Can I accept this gift, as the Messenger (peace and blessings of Allaah be upon him) accepted gifts from kaafirs?

Praise be to Allaah.

Firstly:

The basic principle is that it is permissible to accept gifts from kaafirs, so as to soften their hearts and make Islam attractive to them, as the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) accepted gifts from some of the kaafirs, such as the gift of al-Muqawqis etc.

Qasim ibn Utsman Al-Ju’I (Wafat 248 H)

Sunday, January 16, 2011

Al-Jui adalah seorang wali besar dari Damaskus yang belajar hadits dari Sufyan ibn Uyainah. Ibn Al-Jauzi dalam Shifat al-Shafwah dari Al-Ju’I sendiri bahwa julukan Al-Ju’I (yang kelaparan) didapatkan karena Allah memberinya kekuatan untuk melawan rasa lapar jasmani melalui rasa lapar rohani. Ia mengatakan, “Meski perut ini tak diisi makanan selama satu bulan, aku tak akan peduli. Ya Allah, inilah yang telah Engkau perlakukan kepada diriku maka sempurnakanlah ia bagiku!”

Ibn Jauzi juga meriwayatkan bahwa Ibn Abu Hatim Al-Razi mengatakan, “Aku pergi ke Damaskus untuk menemui para penulis hadits. Di sana aku melewati majelis Qasim Al-Ju’I dan aku melihat sekumpulan besar manusia duduk di sekelilingnya, sementara ia berbicara. Aku mendekatinya dan mendengarnya berkata:

Lakukanlah lima hal ini tanpa kehadiran orang lain dalam kehidupanmu:

  1. Apabila kamu berada di tengah orang-orang, jangan ingin dikenal.
  2. Apabila kamu tidak hadir di tengah banyak orang, jangan ingin dirindukan.
  3. Apabila kamu mengetahui sesuatu, anggaplah nasihatmu tidak diharapkan.
  4. Apabila kamu mengatakan sesuatu, tolaklah kata-katamu.
  5. Apabila kamu mengerjakan sesuatu, jangan mau menerima pujian untuk itu.

Dan aku juga menasihatkan lima hal lainnya:
  1. Apabila kamu diperlakukan tidak adil, jangan membalas;
  2. Apabila kamu dipuji, jangan merasa senang;
  3. Apabila kamu disalahkan, jangan berputus asa;
  4. Apabila kamu disebut pembohong, jangan marah;
  5. Apabila kamu dikhianati, jangan balas mengkhianati.
Ibn Abi Hatim kemudian berkata, “Aku menganggap nasihat itu sebagai anugerah yang aku peroleh dari kunjunganku ke Damaskus.”

Sumber : Dakwah Ila Allah

Perjalanan Syaikh Abu Hatam rah.a

Sebagaimana diceritakan oleh Abu Abdullah Khawas rah.a –salah seorang muridnya-. Katanya, “Suatu ketika kami pergi ke daerah Raye bersama Syaikh Hatam rah.a. Kami berangkat bersama rombongan sejumlah 330 orang dengan niat untuk ibadah haji. Semua orang dalam jemaah itu adalah mutawakkiliin yang tidak membawa bekal apa-apa untuk perjalanan. Di kampung Raye kami melewati seorang pedagang. Ia menyambut kami untuk makan malam dan melayani kami selama satu malam. Keesokan harinya orang itu berkata kepada Syaikh, “Saya hendak pergi mengunjungi seorang ulama yang sedang sakit. Jika tuan menginingkan, mari kita pergi bersama.” Maka Syaikh Abu Hatam rah.a berkata, “Menengok orang sakit adalah berpahala, terlebih lagi menengok ulama adalah ibadah. Saya hendak ikut ke sana.” Ulama yang sakit itu adalah Qadhi di kawasan Raye yaitu Syaikh Muhammad bin Muqaatil rah.a.

Ketika sampai di dekat rumah itu, Syaikh Abu Hatam rah.a kelihatan gelisah melihat rumah ulama itu, lalu berkata, “Allahu Akbar! Rumah seorang alim begitu megah bagaikan satu mahligai!” Kami minta izin untuk masuk. Kami melihat interior rumah itu bagus, bersih, luas, dan mewah. Di beberapa tempat tergantung tirai-tirai. Melihat keadaan rumah itu Abu Hatam rah.a tenggelam dalam pemikirannya sendiri.

Ketika kami menemui qadhi itu, kami melihat ia sedang istirahat, berbaring di tempat tidur yang sangat lembut. Salah seorang pembantunya sedang mengipasi bagian kepalanya. Pedagang itu memberi salam dan duduk di sebelah tempat tidurnya lalu menyapa, “Apa kabar?”

Qadhi mempersilakan Syaikh Abu Hatam rah.a untuk duduk, tetapi Syaikh Abu Hatam menolaknya. Qadhi itu bertanya, “Apakah tuan hendak mengatakan sesuatu?”

Syaikh Abu Hatam menjawab, “Ya, saya hendak bertanya tentang satu masalah agama.”

Qadhi berkata, “Silakan.”

Syaikh Abu Hatam berkata, “Sebaiknya tuan bangun dulu dan duduk.” Maka para pembantunya menolongnya untuk duduk, karena ia kesulitan untuk duduk sendiri. Syaikh Abu Hatam bertanya, “Tuan telah mempelajari ilmu-ilmu agama dari siapa?”

Qadhi menjawab, “Dari ulama-ulama terpercaya.”

Syaikh Abu Hatam bertanya, “Ulama-ulama itu belajar dari siapa?”

Qadhi menjawab, “Dari para shahabat ra.”

Syaikh Abu Hatam bertanya lagi, “Para shahabat ra telah mempelajari ilmu agama dari siapa?”

Qadhi menjawab, “Dari Rasulullah saw.”

Syaikh Abu Hatam bertanya, “Rasulullah saw telah mempelajarinya dari siapa?”

Qadhi menjawab, “ Dari Jibril as.”

Syaikh Abu Hatam bertanya lagi, “Jibril mempelajarinya dari siapa?”

Qadhi menjawab, “ Dari Allah.”

Maka Syaikh Abu Hatam bertanya, “Apakah ilmu yang telah tuan pelajari dari Allah SWT melalui Jibril a.s, Rasulullahsaw, para shahabat ra, dan ulama terpercaya telah mengajarkan kepada tuan bahwa siapa yang memiliki rumah mewah adalah berkedudukan tinggi di sisi Allah?”

Qadhi menjawab, “Tidak, perkara demikian tidak terdapat dalam ilmu itu.”

Syaikh Hatam bertanya, “Jika perkara ini tidak terdapat dalam ilmu, maka perkara apakah yang terdapat di dalamnya?”

Maka qadhi itu menjawab, “Di dalam ilmu itu didapati bahwa siapa yang tidak mencintai dunia tetapi mencintai akhirat dan yang terkait dengan akhirat, menyayangi fakir miskin, mengantar sesuatu untuk akhirat kepada Allah sebagai bekal dirinya sendiri, maka ia akan memperoleh martabat di sisi Allah.”

Maka Syaikh Hatim berkata, “Lalu tuan mengikuti jejak siapa? Rasulullah saw, para shahabat, ulama terpercaya, atau Fir’aun dan Namrudz? Wahai para ulama yang sesat, melihat keadaan tuan seperti itu, ahli dunia yang jahil dan tenggelam dalam urusan dunia pun akan berkata, “Wajarlah jika kami menjadi lebih buruk.”

Setelah berkata demikian, maka Syaikh Abu Hatam rah.a pun pulang, dan keadaan sakit yang dialami qadhi bertambah buruk akibat perkataannya. Orang banyak pun mulai mencerca Abu Hatam rah.a.

Kemudian ada orang yang memberitahu bahwa Tanafasi rah.a. adalah juga seorang ulama yang terkenal di di kawasan Qazwin (sekitar 81 kilometer dari Raye) dan hidup lebih mewah lagi. Maka Syaikh Abu Hatam rah.a. pergi ke sana untuk menemuinya. Setelah bertemu dengannya ia berkata, “Hamba ini seorang ajam (non Arab) ingin belajar kepada tuan soal agama dari awal, yaitu dari wudhu yang merupakan kunci shalat.”

Tanafasi rah.a. menjawab, “Dengan senang hati, saya bersedia.” Kemudian ia menyuruh seseorang membawakan air untuk wudhu dan memperagakan cara berwudhu dengan sempurna sambil berkata, “Beginilah cara berwudhu.”

Setelah Tanafasi selesai memperagakan cara berwudhu, Syaikh Abu Hatam berkata, “Izinkanlah saya mengambil wudhu di hadapan tuan, supaya pelajaran saya menjadi sempurna.” Maka Tanafasi beranjak dari tempat wudhu kemudian Syaikh Abu Hatam duduk di tempat itu dan mengambil wudhu. Ia membasuh tangannyaa sebanyak empat kali. Tanafasi menegur, “Ini adalah israf (berlebihan), sebaiknya tiga kali saja.” Maka Syaikh Abu Hatam berkata, “Subhanallah! Sedikit saja air yang saya gunakan menjadi kemubaziran. Bukankah semua perhiasan dan kemewahan yang tuan gunakan untuk hidup mewah itu adalah suatu kemubaziran?” Barulah Tanafasi menyadari bahwa maksud Syaikh Abu Hatam bukanlah untuk belajar tetapi hendak menegurnya.


Setelah itu Syaikh Abu Hatam rah.a. sampai di Baghdad. Ketika Imam Ahmad bin Hanbal rah.a. mengetahui kedatangannya, ia pun menjumpainya lalu bertanya, “Apakah cara untuk mendapatkan keselamatan dari pengaruh buruk dunia?” Syaikh Abu Hatam menjawab, “Engkau tidak akan selamat dari dunia selagi tidak terdapat perkara ini: (1) Ampunilah orang yang berkelakuan jahil kepadamu, (2) Jangan berlaku jahil kepadanya, (3) Membelanjakan apa yang ada pada kamu ke atasnya dan (4) Jangan percaya dengan apa yang kamu miliki.”

Kemudian Syaikh Abu Hatam rah.a. sampai ke Madinah al Munawwarah. Ketika mengetahui kedatangannya orang-orang di sana berkumpul untuk menemuinya. Ia bertanya kepada mereka, “Kota besar manakah ini?” Mereka menjawab, “Inilah kota besar Rasulullah saw.” Ia bertanya, “Dimanakah istana Rasulullah saw. Saya hendak ke sana untuk mengerjakan shalat dua rakaat.” Mereka menjawab, “Rasulullah tidak pernah tinggal dalam istana. Rumah beliau saw adalah pondok yang sederhana, kecil dan rendah.” Ia berkata, “Tunjukilah saya istana-istana para shahabat r.a.!” Mereka menjawab, “Para shahabat pun tidak pernah mempunyai bangunan seperti istana. Mereka tinggal di pondok-pondok yang kecil dan rendah yang atapnya seolah-olah hendak menyentuh bumi.”

Syaikh Abu Hatam berkata, “Kalau begitu, maka ini adalah kota Fir’aun.” Mendengar itu, mereka ramai-ramai menangkapnya (karena mereka tersinggung melihat orang ajam menghina Madinah al Munawwarah) lalu membawanya kepada Amir Madinah al Munawwarah. Mereka mengadukan kepadanya bahwa orang ajam ini menghina Madinah Thayyibah dengan mengatakannya sebagai kota Fir’aun. Amir bertanya kepadanya, “Apakah hal ini benar?” Ia berkata, “Tuan jangan terburu nafsu. Silakan dengar rangkaian peristiwa tadi. Saya seorang ajam, ketika saya memeasuki kota ini, saya bertanya kota siapakah ini?” Kemudian ia menceritakan seluruh peristiwa itu. Setelah itu ia berkata bahwa di dalam Al Quran yang suci Allah SWT berfirman:

“Laqad kaana lakum fii Rasulillahi uswatun hasanah”

“Sesungguhnya pada diri Rasulullah itu adaa suri tauladan yang baik…” (QS Al Ahzab[33]:21)

“Jadi jawablah sendiri, apakah kalian telah mengikuti cara Rasulullah saw atau cara Fir’aun.” Mendengar keterangan demikian, kemudian mereka melepaskannya.

Sumber : Dakwah Ila Allah

Muzakarah Tentang Anak

Sabda-sabda Rasulullah saw Mengenai Anak :

  1. Bau tubuh anak-anak adalah sebagian dari angin surga.
  2. Surga itu adalah sebuah kampung kesenangan, tidak masuk surga melainkan orang yang menyukai anak-anak.
  3. Barangsiapa yang menggembirakan anak perempuannya, derajatnya seumpama orang yang menangis karena takutkan Allah SWT. Orang yang menangis oleh Allah SWT diharamkan akan api neraka ke atas tubuhnya.
  4. Ciumlah anakmu karena pahala setiap ciuman itu dibalas dengan satu derajat di surga.
  5. Barangsiapa keluar ke pasar muslimin dan membeli barang-barang dan kembali ke rumah dengan membawa buah tangan untuk anak-anaknya niscaya mendapat rahmat dari Allah SWT dan tidak akan disiksa di hari kiamat.
  6. Barangsiapa membeli akan sesuatu di pasar untuk ahli keluarganya dan ia memikulnya ke rumah pahalanya seperti ia member sedekah untuk orang yang sangat berhajat.
  7. Hendaklah mendahulukan anak perempuan daripada anak laki-laki, maka barangsiapa yang menyukakan anak perempuan seolah-olah ia memerdekakan hamba sahaya dari kalangan bani Israil.
  8. Mengutamakan uang belanja anak-anakmu.
  9. Suruhlah anak-anak mu shalat ketika berumur 7 tahun dan pukullah ia karena meninggalkan shalat ketika berumur 10 tahun dan pisahkan anak laki-laki dan perempuan dalam tempat tidurnya.
  10. Memuliakan anak-anak dengan mengajarkan kepada mereka adab dan ilmu agama. Barangsiapa memuliakan anak-anaknya maka Allah SWT akan memuliakannya di surga.
  11. Barangsiapa diberi rezeki seorang anak, wajiblah baginya mengajarkan anak itu adab dab akhlak semoga ia mendapat kemudahan rezeki dari syafaat anak-anaknya.
  12. Barangsiapa meninggalkan anak-anaknya dalam keadaan jahil dia turut menanggung tiap dosa yang dilakukan oleh anaknya itu dan barangsiapa membekalkan anaknya itu dengan ilmu dan adab, maka pahala anak itu turut diperolenya.
  13. Sesuatu yang lebih mulia diberikan oleh bapak kepada anaknya ialah mengajarkan adab. Mengajar anak tentang adab lebih utama daripada menakut-nakutkan dia dengan pukulan karena meninggalkan kebaikan atau melanggar perintah Allah.
  14. Di antara kewajiban seorang bapak kepada anaknya ialah mendidiknya dengan baik dan member nama yang baik.
  15. Sesuatu kaum yang mengadakan musyawarah lalu hadir di dalamnya seorang yang bernama Muhammad akan mendapat kebaikan kaum itu.
  16. Sesungguhnya di surga ada rumah yang disebut Darul Farah. Tidak ada yang bisa masuk Darul Farah kecuali orang-orang yang suka membahagiakan anak yatim.
  17. Setelah anak perempuan berusia 16 tahun maka nikahkanlah ia dan ketika itu seorang bapak memegang tangannya sambil berkata : “Anakku, engkau telah kudidik, kuajar, dan ku nikahkan, semoga aku dilindungi oleh Allah dari bencana dunia dan akhirat.”
  18. Seorang laki-laki bertanya : “Ya Rasulullah, kepada siapakah saya harus berbakti?” Jawab baginda, “Berbaktilah kepada ibu bapakmu!” Kata laki-laki tadi : “Ibu bapakku sudah tidak ada lagi.” Sabda Nabi, “Kalau begitu berbaktilah kepada anakmu, ibu bapakmu berhak atas dirimu dan anakmu juga berhak atas dirimu.”


Sumber : Dakwah Ila Allah

Keutamaan Wanita

  • Seorang wanita shalihah lebih baik dari 70 orang waliyullah.
  • Seorang wanita jahat lebih buruk daripada 1000 lelaki yang jahat.
  • Dua rakaat shalat dari wanita hamil lebih baik daripada 80 rakaat shalat wanita yang tidak hamil.
  • Wanita yang member susu kepada anaknya dari buah dadanya akan mendapat satu pahala dari tiap-tiap tetes susu yang diberikannya.
  • Apabila seorang suami pulang kerumah dalam keadaan letih dan isterinya melayani dengan baik maka mendapat pahala jihad.
  • Seorang isteri yang menghabiskan malamnya dengan tidur yang tak pulas karena menjaga anaknya yang sakit mendapat pahala seperti membebaskan 20 orang hamba sahaya.
  • Isteri yang melihat suaminya dengan kasih sayang dan suami melihat istrinya dengan kasih sayang, maka Allah pandang mereka dengan penuh rahmat.
  • Wanita yang tidak cukup tidur di malam hari karena menjaga anaknya yang sakit akan diampunkan oleh Allah seluruh dosanya dan bila ia hibur anaknya maka Allah akan memberikan pahala 12 tahun pahala ibadah.
  • Wanita yang mendorong suaminya keluar di Jalan Allah dan menjaga adab rumah tangga, akan masuk surga 500 tahun lebih dahulu dari suaminya dan menjadi ratu dari 70.000 malaikat dan bidadari dan akan dimandikan di dalam surga dan menunggang kuda yang dibuat daripada yaqut.
  • Wanita yang memerah susu binatang dengan menbaca Bismillah maka akan didoakan oleh binatang itu dengan doa keberkatan.
  • Wanita yang menumbuk tepung dengan membaca Bismillah maka Allah akan memberkati rizkinya.
  • Wanita yang menyapu lantai dengan berzikir dapat pahala seperti menyapu lantai Baitullah.
  • Wanita yang menjaga shalat, puasa dan taat pada suami, Allah SWT mengizinkannya memasuki surga dari pintu mana saja yang ia kehendaki.
  • Kalau istri melayani suami tanpa khianat baginya pahala 12 tahun shalat.
  • Pahala bagi wanita hamil yaitu seperti berpuasa di siang hari dan beribadah di malam hari.
  • Wanita yang bersalin dapat pahala 70 tahun shalat dan puasa dari setiap kesakitan pada satu uratnya maka Allah beri pahala haji.
  • Sekiranya wanita itu meninggal dalam masa 40 hari selepas bersalin, ia tergolong sebagai mati syahid.
  • Kalau wanita menyusui anaknya sampai cukup tempo yakni 2 tahun, maka malaikat-malaikat di langit akan mengabarkan beria bahwa surga wajib baginya.
  • Wanita yang memijit suaminya tanpa disuruh baginya pahala 7 tola emas, manakala wanita memijit suaminya disuruh akan dapat pahala 7 tola perak.
  • Wanita yang meninggal dunia dengan keridhoan suaminya akan masuk surga.
  • Jika suami mengajar istrinya 1 masalah agama, baginya mendapatkan pahala 80 tahun ibadah.
  • Semua orang akan melihat dan dipanggil untuk melihat wajah Allah di akhirat nanti, namun Allah akan mendatangi sendiri kepada wanita yang memberati/menjaga auratnya secara sempurna di dunia ini dengan istiqamah.
  • Wanita yang mencuci baju suaminya akan menghapus 2.000 dosa bersama tetesan air yang jatuh.
  • Wanita yang mencuci baju suaminya yang digunakan keluar di jalan Allah, maka debu yang menempel di baju dan tersentuh oleh kulitnya maka kulitnya tidak akan disentuh api neraka sekalipun asapnya.
  • Wanita yang membuat makanan terbuat dari tepung untuk suami dan anak-anaknya, Allah menetapkan pada setiap biji tepung itu kebajikan, menghapus kejelekan, dan meninggikan derajatnya.
  • Wanita yang berkhidmat melayani suaminya sehari semalam dengan suka cita dan penuh keikhlashan serta niat yang benar, Allah akan mengampuni dosanya dan memakaikannya pada hari kiamat dengan pakaian hijau gemerlap dan Allah menetapkan setiap rambut ditubuhnya 1.000 kebaikan dan Allah memberinya pahala 100 ibadah haji dan umrah.
  • Wanita yang membentangkan tempat tidur untuk suaminya dengan senang hati, maka malaikat pemanggil dari langit akan menyerunya untuk menghadapi amalnya dan Allah mengampuni dosanya yang sudah lalu dan yang akan datang.
  • Wanita yang meminyaki rambut serta janggut suaminya dan mencukur kumisnya serta memotong kukunya maka di akhirat Allah SWT akan memberikan kepadanya arak yang masih tertutup, murni dan belum terbuka dari sungai-sungai dalam surga. Allah akan mempermudah sakratulmautnya, kuburnya akan ditemui sebagai taman-taman surga dan Allah menetapkan baginya bebas dari neraka dan dapat melewati titian shirat dengan selamat.
  • Apabila seorang wanita mencucikan pakaian suaminya, maka Allah mencatat 1.000 kebaikan dan mengampuni kesalahannyabahkan segala sesuatu yang disinari oleh matahari memintakan ampun baginya, serta Allah mengangkat 1.000 derajat baginya.
  • Jihad seorang wanita adalah mengurus suaminya dengan baik
  • Allah merahmati seorang wanita yang bangun malam dan shalat, lalu membangunkan suaminya dan ikut shalat, bila suaminya enggan maka ia percikkan air di mukanya.
  • Seorang wanita yang meminyaki rambut kepala anak-anaknya lalu menyisirnya dan mencucikan pakaiannya maka Allah SWT menetapkan pahala baginya seperti pahala memberi makan 1000 orang yang kelaparan dan memberi pakaian kepada 1000 orang yang telanjang.
  • Wanita yang sedang hamil dan menyusui sampai habis masa persusuannya seperti pejuang di garis depan fi sabilillah. Dan jika ia meninggal di antara waktu tersebut maka sesungguhnya baginya pahala mati syahid.
  • Jika wanita mengandung anak di perutnya, maka para malaikat akan memohonkan ampunan baginya, dan Allah SWT menetapkan baginya setiap hari 1.000 kebaikan, menghapuskan 1.000 kejelekan. Ketika wanita itu merasa sakit saat melahirkan, maka Allah menetapkan baginya pahala para pejuang di jalan Allah. Jika ia melahirkan bayinya, maka keluarlah dosa-dosanya seperti ketika ia dilahirkan oleh ibunya dan tidak akan keluar dari dunia dengan membawa dosapun, di kuburnya akan di tempatkan di taman-taman syurga. Allah memberinya pahala 1.000 ibadah haji dan umroh dan 1.000 malaikat memohon ampunan baginya hingga hari kiamat.
  • Jika wanita hamil dari suaminya, sedangkan suami ridho padanya, maka ia memperoleh pahala seperti pahala orang yang berpuasa yang berjuang di jalan Allah.
  • Wanita yang merasa kesakitan ketika melahirkan akan mendapatkan pahala yang tidak terhitung banyaknya.
  • Wanita yang menyusui anaknya, maka setiap tetesan susunya akan diberi pahala satu kebaikan. Dan jika tidak dapat tidur semalam suntuk karena anaknya, maka baginya pahala seperti memerdekakan 70 hamba sahaya di jalan Allah dengan penuh keikhlashan.
  • Wanita yang memberi minum anaknya di waktu kecil, kelak di hari kiamat Allah SWT akan memberinya 70 teguk air dari telaga kautsar.
  • Wanita yang kematian tiga orang anaknya di waktu kecil maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka.
  • Wanita yang paling baik di kalangan wanita akan memasuki syurga sebelum orang yang paling baik di kalangan laki-laki. Mereka akan mandi dan memakai minyak wangi dan menyambut suaminya di atas keledai-keledai merah dan kuning. Bersama mereka anak-anak kecil.


Sumber : Dakwah Ila Allah

 
 
 

Payment for books thru PayPal

Nama Produk
Pilihan Serahan

Payment thru Bank Transfer

Nama:
Email Address:
Produk Pesanan dan Jumlah Harga dibayar.
Pilihan Serahan Produk
Bank transfer shj. CIMB : 0106-0000100-20-5
Maybank : 151016003450

Form provided by Freedback.
 
Copyright © 8 | Lan